BOJONEGORO, Tugujatim.id – Berawal dari kegalauan melihat sampah yang berserakan di lingkungannya, membuat warga Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, bernama Imam Muhlas (38) tergerak untuk mengelola barang yang sudah tidak dianggap berharga itu.
Namun, berkat ketelatenan dan kesungguhan untuk mengatasi masalah lingkungan itu, akhirnya dia bersama kelompoknya berhasil membuat produk dari sampah dan dipasarkan hingga ke luar daerah, seperti Tuban, Lamongan, Rembang, Jawa Tengah, dan lain-lian.
Muhlas, sapaannya, menceritakan perjalanannya mengelola sampah yang dimulai pada 2016. Saat itu, dia gelisah dengan keadaan dan kondisi desanya. Kemudian, dia mengajak istri, keluarga, dan tetangganya untuk juga menjaga lingkungan dengan pengolahan bank sampah.

“Awalnya, bank sampah dengan menampung sampah dari warga. Dan berinisiatif dari hasil pengolahan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dalam setahun empat kali timbangan, disinkronkan dengan nilai pajak,” ucapnya.
“Alhamdulillah (sekarang) sudah gratis membayar pajak bumi bangunan lewat bank sampah,” imbuhnya.
Setelah itu, dia terus belajar dan juga mencari referensi untuk mengembangkan pengolahan bank sampah agar memiliki nilai ekonomis. Mulailah mencari patner, akhirnya dia bertemu dengan PT Pertamina EP yang memberikan pendampingan dan juga diajak studi perbandingan ke beberapa tempat, dengan tujuan ilmunya bisa diadopsi.
“Alhamdulillah lokasi desa kita berdekatan dengan pasar tradisional dan juga pasar buah. Jadi bisa juga memanfaatkan sampah organiknya,” terangnya.
Pada 2019, pandemi Covid-19 datang, banyak masyarakat yang sebelumnya bekerja di luar pulang ke desa karena kehilangan pekerjaan. Akhirnya, masyarakat banyak yang memilih berternak, baik ikan maupun ayam.
Dari peluang itu, produk dari pembudidayaan magot atau larva lalat hermetia illucens yang dihasilkan dari pemanfaatan sampah organik ini, ternyata bisa diterima oleh pasar. “Alhamdulillah bisa (jadi) pengganti pelet atau efisiensi pakan ternak,” ucapnya
Ia bersama 26 pengurus Bank Sampah Keluarga Mandiri terus belajar dan akhirnya ketemulah produk yang hasilnya terintegrasi. Nama programnya Intregasi Ikan Magot, Unggas, dan Ternak Bersama Masyarakat Sadar Lingkungan (Si Imut My Darling). Dan saat ini memiliki anggota aktif sebanyak 350 keluarga.
Tidak kalah hebatnya lagi, dia juga membuat bahan bakar dari sampah plastik yang diolah dengan alat pyrolisis hingga menghasilkan minyak setara solar maupun premium. “Jadi konsepnya, kita mengubah sampah plastik menjadi gas meta, produknya setara solar dan premium. Alat tampungan 50 kg plastik, bisa menghasilkan 45 liter,” ujarnya.
Bahan bakar ini sudah digunakan oleh kelompok ini untuk kendaraan mobil dan juga motor sebagai operasional mengambil sampah di warga. “Hasilnya sampai dengan saat ini tidak ada kendala dan aman. Hasil kita menfaatkan sendiri di kendaraan kami. Tapi ini tidak diperjual belikan,” jelasnya.
Ia berharap, ke depan ada angkutan sekolah yang ramah lingkungan, bahan bakarnya dari olahan sampah. Anak-anak yang memanfaatkan kendaraan ini bayarnya menggunakan sampah. “Setidaknya bisa mengurangi pencemaran lingkungan dengan mengolah 17 ton sampah yang dibuang di TPA. Selain itu hasil dari mengolah sampah ini kurang lebih Rp14 juta per tahunnya,” pungkasnya.
Reporter: Rochim
Editor: Lizya Kristanti