MALANG, Tugujatim.id – Kita tahu bersama bahwa Malang adalah salah Kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya dan terbesar ke-12 se-Indonesia dari 514 Kabupaten Kota se-Indonesia. Tentu yang menjadi salah satu parameter dinobatkannya Kota Malang sebagai salah satu Kota terbesar di Indonesia ini antara lain adalah potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Terlebih lagi, Kota Malang yang dikelilingi 2 kota yang syarat dengan potensi wisata, yakni Kabupaten Malang dan Kota Batu, menjadikan Kota Malang semakin “seksi” di mata masyarakat Indonesia.
Menurut data dari berbagai sumber pada tahun 2022, ada 62 kampus baik Negeri ataupun Swasta yang ada di Kota Malang, dengan estimasi jumlah mahasiswanya sekitar 330 ribu lebih yang tinggal di Kota Malang, hal ini menjadi salah satu pemicu, bahwa Kota Malang selalu memiliki “magnet” bagi pelajar seluruh Nusantara untuk mengenyam pendidikan tinggi di Malang.
Potensi ekonomi yang dihasilkan pun lumayan, jika dirata-rata setiap mahasiswa/mahasiswi yang tinggal di Malang mendapatkan kiriman uang jajan rata-rata senilai Rp2 Juta per bulan, maka bisa diperkirakan ada hampir Rp660 Miliar per bulan uang yang dibelanjakan dan berputar di Kota Malang dari segmen mahasiswa atau kampus saja.
Dari segala potensi yang dimiliki oleh Kota Malang tersebut, sudah menjadi keharusan Malang menjadi Kota berkelas dengan memiliki tata kelola selakyaknya “Smart City” yang ada di negara-negara maju. Secara umum, smart city adalah kota yang menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi operasional, berbagi informasi dengan publik dan meningkatkan kualitas layanan pemerintah dan kesejahteraan warganya. Tujuan mendasar akan konsep smart city adalah untuk mengoptimalkan fungsi kota dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang secara otomatis akan berdampak pada meningkatnya kualitas hidup warga masyarakat dengan menggunakan teknologi pintar berbasis analisa data yang real time.
Singapura misalnya, Kota yang dinobatkan sebagai “The smart city” nomer satu di dunia berdasarkan hasil studi dari Firma Konsultan Eden Strategy Institute ini, menjadi representasi dari Kota Pintar berdasarkan empat indikator, antara lain ; insentif finansial, program pendukung, kesiapan talenta, dan sentrisitas manusia. Bahkan di Seoul, Ibu kota Korea Selatan yang menempati urutan kedua “The smart City” di dunia ini telah menanam lebih dari 5.000 sensor pintar IoT (Internet Of Things) di seluruh sudut Kota pada tahun 2020. Pemerintah Seoul dengan sangat mudah mengetahui data kehidupan kota yang berdampak kepada kemakmuran dan kenyamanan warganya seperti; tingkat polusi, tingkat kebisingan, lalu lintas, getaran, sinar UV, ketersediaan parkir umum dan fasilitas umum lainnya.
Dengan semangat kolaborasi, tentu sangat mudah bagi Kota Malang menjadi salah satu “Smart City” di Indonesia dan dunia. Bukan suatu hal yang mustahil, jika kerjasama antar komponen di Kota Malang terjalin dengan baik, terlebih ada 62 perguruan tinggi yang eksis di Malang, keberlimpahan “resources” ini akan menjadi salah satu alasan kuat bagi Kota Malang untuk bisa mejadi Kota Malang Berkelas”.
Menjadi Kota Malang berkelas tentu tidak terlepas dari dua aspek dan sudut pandang yang cocok, bertemu dan saling melengkapi, yakni sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat.
Bagi pemerintah, ada tiga hal melekat yang wajib dipenuhi sebagai intrumen penyelenggara pemerintahan untuk mewujudkan Kota Malang berkelas, di antanya adalah ; 1) Adanya perlindungan dan kejelasan hukum bagi masyarakat dalam menjalankan rutinitas kehidupan bermasyarakatnya, masyarakat terjamin dalam memperoleh dan mengakses sandang, papan dan pangan. 2) Menyediakan daya dukung infrastruktur yang memadai, Infrastruktur yang layak dan memadai bagi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat merupakan instrumen penting. Jalan bebas macet, bebas banjir, daya dukung internet akses di seluruh sudut Kota, transportasi publik yang modern dan kemudahan dalam bertransaksi ekonomi. 3) Jaminan Birokrasi yang mudah, transparansi birokrasi juga menjadi bagian terpenting dalam mewujudkan smart city, jalur birokrasi yang mudah akan merangsang pertumbuhan manusia, ekonomi dan sumber daya yang ada di sebuah kota, dan berlaku sebaliknya, yakni semakin sulit jalur birokrasi yang ada, maka bisa di pastikan perkembangan kota tersebut juga akan “stunting”.
Bagi masyarakat, keterlibatnya dalam mewujudkan Kota Malang berkelas juga sangat menentukan. Partisipasi publik untuk turut memberikan gagasan dalam menumbuhkan sebuah kota menjadi smart city, memiliki andil yang cukup signifikan. Pemerintah harus memperbanyak dan memperluas partisipasi publik dalam kerangka pembangunan kota, terlebih Kota Malang, yang lebih dari 1/3 penduduknya adalah kaum intelektual kampus.
Kota Malang berkelas adalah simbol kemajuan, kesejahteraan, kemakmuran dan pertumbuhan bagi Kota Malang. Pemerintah Kota Malang harus melakukan kolaborasi “extreem” dengan seluruh elemen sumber daya yang ada, agar akselerasi perubahan nyata bagi Kota Malang dapat segera terwujud. Kemakmuran, kebahagiaan, kesejahteraan, keadilan dan persatuan seluruh elemen masyarakat Kota Malang akan menjadi wujud berdampak yang di hasilkan dari kolaborasi tersebut.
Sudah saatnya Kota Malang menjadi Juara dalam segala aspeknya, berkelas dalam mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya, berkelas dalam tata kelola kotanya, dan menjadi kiblat bagi seluruh kota yang ada di Indonesia.
Oleh; drh.H. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang Founder RSU Wajak Husada