BOGOR, Tugujatim.id – Rangkaian acara Lead The Fest yang digelar oleh Pempimpin.id memasuki hari ke-3 pada Sabtu (14/08/2021). Pada kesempatan ini, event tersebut menghadirkan workshop & talkshow untuk Indonesia dengan tema “Leading Indonesia with Inclusivity and Diversity”.
Kegiatan yang digelar di platform Pemimpin.id University ini menghadirkan Nanda Kamilina selaku Manajer Kurikulum Ganara Art, Tita Djumaryo selaku Founder Ganara Art, dan Alissa Wahid selaku Ketua Jaringan GUSDURIan.
Pada kesempatan ini, peserta atau yang kerap dipanggil pemimpin muda, diajak untuk mengenali nilai-nilai inklusivitas dalam diri pada sesi workshop yang dipandu oleh Manajer Kurikulum Ganara Art, Nanda Kamilina, melalui cara yang menyenangkan yaitu permainan bingo.
“Sebenarnya teman-teman tadi melalui permainan bingo, teman-teman sudah diajak merefleksikan tentang sejauh mana teman-teman menerapkan inklusivitas dalam komunitas teman-teman,” ujar Manajer Kurikulum Ganara Art.
Setelah mengikuti sesi workshop, pemimpin muda diajak untuk menyelami makna inklusivitas bersama Alissa Wahid, dan Tita Djumaryo. Ketua GUSDURIan sekaligus Duta SDG’s Indonesia sejak 2019, Alissa Wahid, menjelaskan makna inklusi sebagai prakondisi untuk kepemimpinan. “Inklusi itu menurut saya bukan pilihan tetapi pra kondisi untuk kepemimpinan yang efektif”. Sedangkan menurut Tita Djumaryo, inklusi berarti keterlibatan langsung dan penting bagi seorang pemimpin untuk memilikinya sehingga mampu terbuka melihat keberagaman sehingga bisa melengkapi satu sama lain.
Mengingat peran penting inklusivitas membuat penanaman nilai ini perlu dilakukan sejak dini. Menurut Alissa Wahid penerapan nilai inklusi harus dimulai dari pola pikir.
“Jika pemimpin muda di daerah-daerah inklusif maka perubahan besar untuk Indonesia akan terjadi,” tutur Alisa Wahid.
Hal senada juga disampaikan oleh Founder Ganara Art, Tita Djumaryo, menjelaskan bahwa inklusivitas mampu dihadirkan lewat pendidikan. Melalui Ganara Art dan Ganara Mariberbagi Seni, Tita Djumaryo mengajarkan anak-anak SMA/SMK di beberapa kota di Indonesia berpikir kritis dan inklusivitas sosial melalui art workshop. Tita Djumaryo juga menjelaskan penerapan inklusivitas juga bisa dimulai di lingkungan keluarga dengan cara memberikan contoh dan memberi kesempatan anak secara langsung untuk merasakan keberagaman. Keberagaman dan nilai gotong royong yang diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia sejatinya mengajarkan Kita hidup berdampingan secara inklusif.
“Indonesia ada karena keberagaman, kalau tidak ada keberagaman maka tidak ada Indonesia, Inklusi adalah Indonesia” ujar anak Presiden Indonesia Ke-4.
Adanya momen pandemi Covid-19 ini merupakan titik balik mengobarkan semangat saling bantu dan gotong royong yang merupakan esensi bangsa Indonesia.
“Semacam blessing in disguisenya pandemi adalah sekarang orang Indonesia tidak melihat perbedaan dalam membantu. Siapapun yang ingin dibantu dan butuh bantuan kita langsung bergerak” ujar penggiat pendidikan melalui seni ini.
Alissa Wahid juga menambahkan perlunya gotong royong untuk melawan pandemi ini dan kesadaran bahwa tidak mungkin menyelesaikan ini sendiri-sendiri.