Tugujatim.id – Kamu ingin merayakan Idul Adha dengan berkurban? Sebelum berkurban, pada hari yang sakral ini ada larangan potong kuku Idul Adha lho. Apakah benar?
Penting banget kamu mengetahui apa makna di balik larangan potong kuku Idul Adha yang mungkin membuatmu bingung. Tapi, kamu bisa membaca artikel ini untuk mengetahui maknanya ya!
Larangan Potong Kuku Idul Adha
Larangan potong kuku Idul Adha ini bersumber dari beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh berbagai sahabat. Hadis yang paling terkenal mengenai hal ini dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika telah masuk (tanggal) sepuluh (Dzulhijjah) dan salah seorang di antara kalian ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil (memotong) sedikit pun dari rambut dan kulitnya.” (HR. Muslim)
Makna dan Hikmah di Balik Larangan Potong Kuku Idul Adha
Secara umum, larangan ini mulai berlaku sejak awal bulan Dzulhijjah hingga hewan kurban disembelih. Tentu saja, banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya hikmah di balik larangan ini? Mengapa kita harus menahan diri untuk tidak potong kuku pada hari-hari menjelang Idul Adha?
1. Mengikuti Jejak Orang yang Berihram
Larangan ini meniru kondisi orang yang berihram saat haji, di mana mereka juga dilarang potong kuku dan rambut. Ini menunjukkan solidaritas dan mengingatkan kita untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT selama momen spiritual yang penting ini.
2. Mengagungkan Ibadah Kurban
Dengan tidak potong kuku, kita menunjukkan rasa hormat dan kekhusyukan terhadap ibadah kurban. Ini bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi juga simbol ketaatan dan pengorbanan kepada Allah SWT, mengingatkan kita akan hal-hal kecil yang harus dikorbankan sebagai persiapan menuju ibadah yang lebih besar.
3. Memupuk Kesabaran dan Ketaatan
Mengikuti larangan ini melatih kita untuk bersabar dan taat terhadap perintah Allah SWT, meski terlihat sepele. Ini adalah bentuk ujian kecil yang membantu kita melatih diri untuk lebih sabar dan taat dalam menghadapi ujian yang lebih besar dalam kehidupan.
Pandangan Ulama soal Larangan Ini
Sebagai umat Muslim, kita tentu sering mendengar berbagai pendapat ulama mengenai berbagai hal, termasuk larangan potong kuku Idul Adha ini. Secara umum, para ulama sepakat bahwa larangan ini adalah sunnah muakkadah atau sunnah yang sangat dianjurkan. Namun, ada beberapa perbedaan pendapat mengenai sejauh mana larangan ini harus dipatuhi.
– Pandangan Mayoritas Ulama
Mayoritas ulama berpendapat bahwa larangan ini bersifat sunnah muakkadah dan bukan wajib. Artinya, jika seseorang memotong kuku pada periode tersebut, ibadah kurbannya tetap sah, tetapi dia telah kehilangan pahala dari mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Jadi, sangat dianjurkan untuk mengikuti larangan ini sebagai bentuk ketaatan dan mengikuti jejak Rasulullah SAW.
– Pendapat Ulama Lain
Ada juga beberapa ulama yang berpendapat bahwa larangan ini lebih kepada anjuran dan bukan sebuah kewajiban yang keras. Mereka berpendapat bahwa selama tidak ada kondisi yang mendesak atau darurat, sebaiknya larangan ini dipatuhi sebagai bentuk penghormatan terhadap ibadah kurban dan bulan Dzulhijjah.
Praktik Mematuhi Larangan Ini
Bagi banyak orang, mematuhi larangan potong kuku Idul Adha ini mungkin terasa sedikit menantang, terutama jika mereka terbiasa menjaga kebersihan dan kerapian kuku mereka. Namun, dengan sedikit penyesuaian, larangan ini dapat dipatuhi dengan mudah.
1. Menjaga Kebersihan
Selama periode ini, penting untuk tetap menjaga kebersihan diri meski tidak memotong kuku. Pastikan untuk selalu mencuci tangan dengan baik dan menjaga kebersihan kuku agar tidak menjadi sarang kuman dan bakteri.
2. Memotong Kuku sebelum Bulan Dzulhijjah
Salah satu cara untuk mempermudah mematuhi larangan ini adalah dengan potong kuku sebelum masuknya bulan Dzulhijjah. Dengan begitu, kita bisa tetap merasa nyaman dan rapi selama periode larangan tersebut tanpa harus melanggar sunnah.
Dengan demikian, larangan potong kuku Idul Adha tidak hanya sekadar aturan, tetapi sebuah simbol kekhusyukan dan penghormatan terhadap ibadah kurban. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran dan mendapatkan berkah serta rida Allah SWT. Semoga bermanfaat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Aliff Muzayyin/Magang
Editor: Dwi Lindawati