BATU, Tugujatim.id – Kasus dugaan kekerasan seksual di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu jalan di tempat alias mangkrak selama dua bulan lebih. Komnas Perlindungan Anak (PA) pun bereaksi atas penanganan kasus yang sudah terparkir sejak dilaporkan pada 29 Mei 2021 itu.
Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan atas penanganan kasus yang terkesan tak berkembang itu. Padahal, sudah ada 14 orang melaporkan dan 60 orang lebih mengadukan terduga pelaku atas kasus itu.
Sementara bukti-bukti petunjuk kuat berupa kesaksian 14 korban dan bukti video sudah diserahkan ke Polda Jatim. Untuk itu, Arist juga menyayangkan bahwa bukti petunjuk tersebut masih belum bisa meyakinkan kepolisian.
Dia menyebut, Polda Jatim baru akan melakukan gelar perkara atas kasus tersebut pada Agustus 2021. Gelar perkara itu menurut dia sebagai upaya mempertajam data penyidik dalam kasus itu.

“Namun, demi kepentingan terbaik anak dan demi keadilan hukum bagi korban, tidak ada kata terlambat atas kasus tindak pidana kekerasan seksual yang luar biasa ini,” ucapnya, Sabtu (31/07/2021).
Pihaknya mengaku juga telah bersurat kepada kapolri atas lambannya penanganan kasus kekerasan seksual di SMA SPI ini. Selain itu, Arist juga meminta atensi kapolri terhadap kasus tersebut.
Menurut dia, jika kasus ini terus tak segera dituntaskan, maka terduga pelaku bisa saja menghilangkan barang bukti yang seharusnya bisa menjadi penguat data tim penyidik.
Untuk itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk turut memantau perkembangan kasus yang menjerat pendiri SMA SPI Kota Batu itu.
“Semoga kasus ini tidak berlarut larut dan masuk angin. Sehingga diharapkan kasus ini bisa memutus mata rantai kejahatan kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia,” ujarnya.