PASURUAN, Tugujatim.id – Kasus perdagangan manusia atau human traficking lewat prostitusi di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, masih marak terjadi. Dalam setahun terakhir, sebanyak 46 wanita pekerja seks komersial (PSK) dan delapan tersangka muncikari berhasil diamankan.
Mirisnya lagi, enam perempuan di antaranya yang masih di bawah umur diduga dipaksa dipekerjakan melayani pria hidung belang.
Kasus human traficking ini mencuat jadi perhatian publik tatkala Polda Jatim membongkar praktik prostitusi terselubung berkedok warung remang-remang dan karaoke di ruko Gempol City Walk atau ruko Gempol 9, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, pada Senin (14/11/2022) lalu.

Di sana, 19 perempuan di mana empat di antaranya anak dibawah umur, dijebak dan diming-imingi kerja sebagai pemandu karaoke dengan gaji antara Rp10 juta hingga Rp30 juta per bulan. Namun, mereka justru dijual kepada pria-pria hidung belang dengan tarif antara Rp500 ribu hingga Rp800 ribu di kawasan Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Lima orang komplotan muncikari ditetapkan jadi tersangka, berinisial DG (39) dan CE (26) asal Pasuruan, RN (30) dan AD (42) asal Jakarta, serta AG (31) asal Nganjuk.
Satu bulan sebelumnya, Polres Pasuruan berhasil mengungkap kasus prostitusi dan perdagangan anak di sebuah wisma di kawasan Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, pada Jumat (14/10/2022).

Dua anak di bawah umur di mana seorang di antaranya masih pelajar SMP asal Mojokerto jadi korban dan dijual dengan tarif Rp700 ribu. Mereka juga dijebak dengan modus dijanjikan pekerjaan sebagai pemandu lagu atau ladies companion (LC).
Mereka dipekerjakan oleh trio muncikari berinsial SA (23) dan KS (21) asal Pasuruan serta D (17) asal Mojokerto.
Beberapa bulan sebelumnya, Satpol PP Kabupaten Pasuruan menjaring delapan wanita PSK diciduk Satpol PP saat menjajakan diri di kawasan Pasar Baru Ngopak hingga Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
Masih bulan yang sama, enam wanita PSK berikut seorang muncikarinya ditangkap jajaran Polsek Prigen di sebuah villa di kawasa Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, pada Kamis (09/06/2022).
Enam wanita tersebut berdomisili di luar Pasuruan, ada yang dari Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat. Hasil penyelidikan polisi, mereka diduga jauh-jauh datang untuk menjajakan diri ke kawasan Tretes yang sudah lama terkenal sebagai pusat hiburan malam dan prostitusi di Kabupaten Pasuruan.
Dua bulan sebelumnya, 11 wanita PSK di kawasan Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, terjaring razia operasi pekat satpol PP, pada Minggu (03/04/2022).
Mereka tertangkap basah masih nekat “mangkal” saat malam pertama bulan suci Ramadhan 2022. Sebagian besar dari mereka sudah dewasa dengan kisaran usia di atas 20 hingga 30 tahun dengan domisili di luar Pasuruan.
Perempuan dan Anak Rentan Jadi Objek Kekerasan
Maraknya kasus protitusi dan human traficking di Kabupaten Pasuruan ini sejalan dengan tingginya angka kekerasan perempuan dan anak. Berdasarkan data PPT-PPA (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) P3AP2KB Kabupaten Pasuruan, selama tahun 2022 tercatat 64 kasus kekerasan perempuan dan anak.
“80 persen kasus di antaranya menimpa anak, termasuk kekerasan fisik hingga pelecehan seksual,” ujar Kepala P3AP2KB Kabupaten Pasuruan, Lombini Pedjati Lajoeng.
Angka ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2021 yang tercatat 66 kasus kekerasan perempuan dan anak. Dengan dominasi kasus kekerasan fisik dan seksual anak sebanyak 34 kasus.
Adapun di tahun 2020, tercatat 63 kasus kekerasan perempuan dan anak. Di mana 29 kasus di antaranya terkait penganiyaan dan pelecehan anak.
Kata dia, hal ini menandakan perempuan dan anak rentan menjadi objek kekerasan, termasuk jadi korban kekerasan seksual dalam praktik-praktik bisnis prostitusi.
Karaoke Remang-remang
Di sisi lain, upaya penindakan tempat-tempat yang dicurigai sebagai praktik prostitusi terus digencarkan Satpol PP Kabupaten Pasuruan. Kasatpol PP Kabupaten Pasuruan, Bhakti Jati Permana menjelaskan bahwa pihaknya secara rutin akan memeriksa keberadaan warung-warung remang.
“Setiap malam kami operasi rutin, warung tidak boleh jual alkohol, lampunya harus putih terang, pramusajinya pakaiannya juga wajib sopan,” ujar Bhakti.
Bhakti juga menegaskan jika pemilik warung juga tidak diperbolehkan membuat bilik-bilik atau room karaoke sendiri. Pasalnya, bilik atau room karaoke rentan disalahgunakan untuk melakukan tindakan asusila. “Adanya room karaoke juga melanggar perda, kalau melanggar langsung disegel, peralatan karaokenya juga kami sita,” ungkapnya.
Satpol PP juga akan melaporkan ke pihak berwajib apabila ditemukan bukti kuat adanya prostitusi dalam warung dan tempat karaoke remang-remang. “Kalau ada human trafficking, di situ ranahnya kepolisian untuk menindak,” ucapnya.
Peran Penting Orang Tua
Anggota Satgas PPT-PPA Kabupaten Pasuruan, dr Ugik Setyo Darmoko menyebut bahwa kasus human traficking, terutama yang menyangkut prostitusi anak biasanya terjadi karena ada unsur paksaan. Tidak jarang anak remaja yang masih polos diiming-imingi pekerjaan bergaji besar oleh muncikari.
“Biasanya mereka tidak ada niatan, tapi ada jebakan, hal itu yang kemudian bisa menimbulkan trauma,” jelas Ugik.
Terjeratnya anak dalam lingkaran prostitusi juga ikut dipengaruhi oleh semakin bebasnya pergaulan di tengah perkembangan teknologi komunikasi. Tidak jarang para muncikari atau germo memanfaatkan media sosial merekrut calon korbannya.
Menurut Ugik, di sinilah peran penting orang tua untuk mengawasi segela aktivitas anaknya, termasuk memberikan kasih sayang lebih agar anak lebih terbuka dan tidak menjauh dari keluarga. “Kami Satgas PPA gencar sosialisasi keliling-keliling kampung untuk mengedukasi keluarga, bagaimana agar terus harmonis,” pungkasnya.