MALANG – Pembukaan Gunung Bromo disambut sukacita oleh para driver Jeep. Namun, mereka tidak bisa serta merta bisa langsung turun gunung menaikkan wisatawan. Ada SOP (Standard Operating Procedure) yang mesti mereka patuhi untuk mengangkut wisatawan. Hal itu dilakukan dengan cara modifikasi Jeep mereka.
“Untuk Jeep sendiri SOP-nya hanya 50 persen dari total kapasitas, jadi dulunya 6 orang sekarang hanya 3 orang,” ungkap salah satu sopir jeep, Sudarmaji saat ditemui pada Senin (31/08/2020).
Baca Juga: Mengenal Gerry Yo, Desainer Masker Glamor Asal Malang yang Mendunia
Artinya, wisatawan harus merogoh kocek lebih dalam bila biasanya bisa iuran Rp 100.000,- berenam. Dengan tarif Rp 650.000,- per mobil, artinya harus patungan Rp 216.000,- per orang.
Bagian dalam mobil Jeep juga wajib disekat, sehingga antara ruang kemudi dan belakang dipisahkan mika bening.
“Jadi sekarang harus pakai sekat, hand sanitizer dan sebelum naik harus benar-benar dicek sekarang,” ucapnya.
Lebih lanjut, pria asli Probolinggo ini mengaku benar-benar senang akhirnya Gunung Bromo dibuka kembali.
“Pembukaan ini memang sangat ditunggu-tunggu. Sebenarnya juga khawatir, tapi mau gimana lagi, pokoknya menjaga protokol kesehatan saja pasti aman,” tegasnya.
Hal ini karena sebelum pembukaan, ia kerja serabutan mulai dari tani sampai bengkel.
Baca Juga: Kala Mahasiswa S3 Asal Blitar Produksi Arang untuk Bertahan di Masa Pandemi
Bantuan dari pemerintah juga bertahan seminggu untuk keluarganya. “Dapat bantuan sekali Bulan Juli dari perkumpulan driver Jeep. Isinya beras, telur, minyak goreng, mie dan sarden,” ujarnya.
Meskipun hari ini baru mendapatkan carteran sekali, ia tetap antusias dengan pembukaan Gunung Bromo. “Hari ini baru sekali ini dapat penumpang, istilahnya ini baru perdana,” bebernya sambil tertawa.
Terakhir, ia berharap agar Gunung Bromo terus dibuka dan tidak tutup kembali. “Harapannya kalau ini dipatuhi protokol kesehatan ini akan benar-benar lancar dan terus buka,” pungkasnya.
Reporter: Rizal Adhi Pratama
Editor: Gigih Mazda