MALANG, Tugujatim.id – Bak jalan Malioboro yang tersohor di Yogyakarta, Kampung Kayutangan Heritage menjadi kawasan pedestrian ikonik di Kota Malang. Seperti halnya yang ada di Jalan Malioboro, sepanjang Jalan Basuki Rahmat tampak dihiasi lampu-lampu yang semakin menambah nuansa klasik di kawasan ini.
Kawasan yang letaknya tidak jauh dari balai kota dan Alun-Alun Kota Malang ini masuk dalam wilayah Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Konon katanya, Kampung Kayutangan Heritage diperkirakan sudah ada sejak abad ke-13 dan menjadi kawasan pusat perdagangan serta bisnis.
Hal ini tampak dari bangunan-bangunan peninggalan dari masa kolonialisme seperti deretan toko dengan desain lawas dan gereja yang berada di ujung jalan terlihat masih berdiri kokoh dan dipergunakan hingga saat ini.
Sejak 2018, bangunan-bangunan peninggalan Belanda tersebut sudah “disulap” menjadi jujugan para wisatawan. Terlihat banyak bule yang bersliweran, tampak asyik berswafoto atau hanya sekadar jalan-jalan menikmati indahnya kawasan pedestrian Kayutangan ini.
Selain itu, area perkampungan di balik kawasan Kayutangan tampaknya juga ingin merasakan betapa hingar bingarnya aktivitas wisata yang semakin populer. Jalan-jalan sempit yang menghubungkan sejumlah perkampungan padat serta parit-parit yang melintasinya diubah dan ditata sedemikian rupa menjadi objek wisata yang menarik serta menjadi bagian dari kawasan Kayutangan Heritage.
Di sore hari, Jalan Basuki Rahmat dipadati para pekerja yang pulang dari kantor yang melintasi kawasan ini. Tidak hanya itu, sejumlah wisatawan yang tak mau ketinggalan menikmati Kayutangan di malam hari mulai berdatangan serta menjadi pertanda aktivitas wisata seperti menikmati kopi starling, membeli jajanan, berswafoto bahkan menonton pertunjukan musik di beberapa titik akan segera dimulai.
Mengakhiri Riuh Malam di Kayutangan
Tiba malam hari di Kayutangan Heritage, tukang parkir terlihat siaga menata dan mengatur motor maupun mobil yang keluar dan silih berdatangan. Berjejer rapi di pinggir Jalan Basuki Rahmat, ramai pengunjung memenuhi pedestrian kawasan ini.
Malam yang cerah dan terpancar sinar cahaya bulan yang tidak bulat sempurna, suasana semakin syahdu ketika lampu-lampu klasik dipadukan lalu lalang kendaraan yang melintas di jalan satu arah ini.
Para pengunjung nampak riang gembira, ada yang jalan-jalan menapaki trotoar di kawasan Kayutangan. Bahkan, ada yang sekadar menikmati kopi sambil bersenda gurau bersama kerabat tercinta.
Mulai terdengar sahut-sahutan alunan musik dari beberapa genre. Mulai dari dangdut, pop, hingga alunan musik gamelan pun terdengar mengiringi malam di pedestrian Kayutangan Heritage ini.
Semakin malam terlihat semakin riuh gema perbincangan wisatawan dan pentas musik di sepanjang jalan ini, banyak pengunjung yang tidak mau kehilangan momen saat berkunjung di Kayutangan. Kondisi ini membuat para jasa foto menggelar dagangan jasa mereka untuk mengabadikan momen para wisatawan.
Malam semakin larut pun tiba pertanda usai sudah perjalanan melepas penat di Kayutangan. Rasa-rasanya tidak mau meninggalkan tempat yang damai dan sesyahdu ini. Tapi, tanggung jawab pekerjaan di hari esok membuat para pengunjung meninggalkan kawasan Kayutangan Heritage dengan legawa dan mereka akan kembali lagi di lain kesempatan karena memang secandu itu tempat ini.
Writer: Fachrul Eka Jaya P. (Magang)
Editor: Dwi Lindawati