Tugujatim.id – Istilah flash in the pan barangkali masing terdengar asing bagi sebagian orang. Nah, sebenarnya istilah ini dikhususkan untuk sesuatu yang viral dalam kurun waktu yang singkat tapi tidak dapat bertahan lama. Kamu masih bingung? Yuk, simak definisinya lengkap dengan contohnya!
Sebenarnya istilah flash in the pan sering digunakan dalam dunia militer, khususnya dalam konteks senjata api. Pada sekitar abad ke-17, ada senjata bernama Flintlock yang memiliki sebuah panci kecil untuk menampung bubuk mesiu. Jika tidak benar dalam menggunakannya, maka akan terjadi kegagalan dalam menembak dan banyak mengeluarkan percikan kecil sesaat dan muncullah istilah flash in the pan ini.
Seiring berkembangnya zaman dan waktu, istilah tersebut mulai digunakan untuk peristiwa atau kejadian yang hanya bersinar sesaat lalu kemudian meredup. Dalam sejarahnya, fenomena flash in the pan ini terjadi pada abad ke-19 yang dikenal juga dengan fenomena gold rush. Di mana pada masa tersebut banyak orang yang berlomba-lomba mencari emas. Peristiwa ini tidak terjadi di satu daerah saja, tetapi pernah terjadi di California, Australia, Kanada, dan negara lainnya.
Fenomena gold rush ini memiliki dampak yang mendalam bagi masyarakat di daerah-daerah tersebut. Dari ribuan orang yang berpartisipasi dalam gold rush dengan harapan mendapat kekayaan secara cepat, hanya segelintir orang saja yang berhasil.
Pada beberapa waktu yang lalu, Indonesia juga mengalami flash in the pan atau fenomena gold rush ini, khususnya dalam bidang F&B dan bidang lainnya. Simak selengkapnya!
Contoh Bisnis yang Mengalami Flash in the Pain:
1. Kue Cromboloni
Kue cromboloni ini adalah makanan yang cukup viral di Amerika Serikat dan menyebar ke beberapa negara. Tren di Indonesia beberapa waktu lalu yaitu pada 2023 yang menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Pada saat itu, banyak kafe bahkan pedagang di pinggir jalan yang mencoba untuk menjualnya juga
2. Es Kepal Milo
Awalnya jajanan ini adalah makanan yang berasal dari Malaysia hingga viral di Indonesia pada 2018. Karena melihat omzet yang cukup besar, akhirnya banyak orang yang ikut berjualan es kepal milo.
3. Lato-Lato
Mainan lato-lato ini adalah mainan yang cukup banyak dimainkan oleh anak-anak pada 2022. Pada saat itu banyak sekali pedagang di pinggir jalan yang menjualnya dan banyak juga yang akhirnya menjadikan mainan ini sebagai kompetisi. Namun, tren ini tidak bertahan lama dan akhirnya meredup.
Bagaimana Cara agar Bisnis yang Sustain?
1. Membuat Fondasi Bisnis yang Kuat
Cara yang pertama agar bisnis bertahan lama adalah dengan cara membuat fondasi bisnis yang kuat. Hal ini sangat penting melihat banyaknya bisnis yang gagal dan meredup akibat FOMO (Fear Of Missing Out) di mana seseorang takut ketinggalan tren terkini yang sedang viral.
Hal ini bisa kamu hindari agar tidak mengalami kegagalan dalam berbisnis. Kamu harus memperhatikan aspek-aspek penting seperti melakukan perencanaan strategis, visi misi yang jelas, dan membangun tim yang baik. Dengan demikian, bisnismu akan bisa sustain atau berlanjut.
2. Inovasi dan Diferensiasi
Terus berinovasi dalam menciptakan bisnis dan melakukan diferensiasi dalam bisnis yang dijalani menjadi kunci berikutnya yang harus kamu lakukan. Mencari pembeda dan keunggulan dari produk akan membuat bisnismu lebih menonjol dibandingkan yang lain. Karena itu, melakukan riset tentang keinginan konsumen dan pesaing bisa membuat bisnismu menarik dan berbeda dengan kompetitor.
3. Fleksibel pada Perubahan Tren
Dunia bisnis adalah dunia yang dinamis, di mana tren yang terjadi bisa berubah-ubah dengan sangat cepat. Fleksibel dan bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut adalah jawaban yang bisa mengantarkan bisnismu ke dalam kesuksesan.
Karena itu, jangan takut untuk mencoba dan jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru. Teruslah pelajari tren yang terjadi di tiap zamannya dan terbukalah terhadap perubahaan yang ada.
Itulah definisi flash in the pan dan beberapa cara untuk terhindar dari kegagalan mengikuti tren. Semoga bermanfaat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer : Aliff Muzayyin/Magang
Editor: Dwi Lindawati