Oleh: Frederikus Bintang Hayati, Mahasiswa Unitri Malang
MALANG, Tugujatim.id – Barangkali zaman memang mulai perlahan menggerus budaya tradisional, terutama yang ada di Kota Malang. Namun, untuk melawan hal itu, hadir Pasar Seni Bareng Kota Malang. Untuk diketahui, pasar ini merupakan tempat transaksional dan wadah untuk mengedukasi soal seni budaya. Letaknya strategis yaitu di lantai 3 Pasar Bareng, Klojen, Kota Malang, Jatim.
Salah satu pegiat seni budaya di Pasar Seni Bareng bernama Djoko Rendy mengatakan, tempat ini menjadi wadah untuk membangun karakter masyarakat melalui seni dan budaya.
“Kegiatan-kegiatan yang dilakukan ini diharapkan bebas dalam berkreativitas. Nantinya Pasar Seni Bareng Malang ini lebih condong tentang pembentukan karakter. Jadi, berbeda dengan Pasar Sukowati, Triwindu, atau pasar-pasar seni lain yang ada di Ancol,” katanya kepada Tugu Jatim pada Senin (28/03/2022).
Pria kelahiran Malang itu menjelaskan, selama Covid-19 melanda, aktivitas Pasar Seni Bareng sempat berhenti. Tapi, dalam beberapa hari belakangan ini sudah mulai ada kegiatan lagi.
“Semenjak pandemi datang sempat berhenti berkegiatan. Baru minggu-minggu ini sudah kembali beraktivitas lagi. Kalau tentang pelatihan-pelatihan jalan, tapi harus menaati protokol kesehatan (prokes),” jelasnya.
Djoko melanjutkan, saat ini sedang menggagas agar Pasar Seni Bareng memiliki arti tersendiri dan berusaha untuk mengedukasi masyarakat. Dia berkeinginan pasar seni ini bukan saja sebagai tempat transaksional, tapi wadah untuk mengedukasi masyarakat.
“Saya mencoba menggagas bahwa pasar seni yang ada di Malang ini memiliki karakter. Tidak hanya bicara tentang profit angka atau transaksional, tapi lebih condong untuk mengedukasi,” ungkapnya.
Sebagai seorang yang terlahir dengan jiwa seni, Djoko menyadari bahwa pentingnya tempat untuk para seniman atau orang-orang yang memiliki kreativitas untuk berekspresi.
“Ternyata tempat itu penting untuk berekspresi, kita butuh betul adanya sebuah pasar seni yang memang di situ ada transaksional, belajar kesenian, hingga ada pertunjukan. Jadi, hal-hal yang sifatnya seni atau budaya, kami coba kreasikan,” tuturnya.
Djokrend, sapaan akrabnya, melanjutkan, untuk saat ini Pasar Seni Bareng mulai giat lagi untuk pelatihan atau mengajar anak-anak agar mereka memiliki pemahaman tentang seni budaya.
“Secara pribadi, saya tergelitik tentang mengenalkan seni sedini mungkin. Karena itu, saya lebih getol dengan anak-anak TK. Contohnya kemarin ada 200-an anak TK kami ajari mewarnai topeng, kemudian diajari menari bersama-sama juga,” tuturnya.
Menurut dia, sebelum pandemi memang kegiatan rutin dilakukan dua kali dalam seminggu. Sementara untuk tamu yang mengunjungi pasar seni ini bukan hanya dari Malang, tapi ada yang dari luar Malang. Ada sebagian kecil anak muda yang datang ke tempat ini.
“Setiap minggu bisa dua kali kegiatan, yaitu jaran kepang dan reog. Bahkan, ada tamu dari mancanegara yang berkunjung. Ada anak muda juga rutin sebetulnya datang ke sini selagi koridornya seni budaya ekonomi kreatif, kami persilakan karena sadar atau tidak seni budaya sudah tergeser,” ujarnya.
Perkembangan teknologi memberikan tantangan terhadap seni budaya, maka untuk melestarikannya bukan hanya tanggung jawab seniman, tapi tanggung jawab bersama.
“Bukan tanggung jawab seniman saja, semua tokoh masyarakat juga berperan. Kita punya seni budaya Nusantara amat adiluhung lho,” tutupnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim