MALANG, Tugujatim.id – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) berencana membangun jembatan kaca di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tahun ini. Rencana awal, lokasinya ada di Seruni Point, tepatnya di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Malang.
Meski begitu, ada wacana baru lagi bahwa megaproyek baru ini bisa jadi ditempatkan di Jemplang, Desa Ngadas. Beberapa waktu lalu, Pemkab Malang juga mengusulkan sejumlah titik strategis di mana nanti akan menjadi segitiga emas pariwisata antara Malang, Probolinggo, dan Lumajang.

Jembatan kaca digadang-gadang bisa jadi alternatif spot wisata baru untuk menikmati lanskap alam Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Tak tanggung-tanggung, anggaran APBN yang akan dikeluarkan mencapai Rp 9 triliun.
Soal rencana ini dibenarkan Plt Kepala Balai Besar TNBTS Novita Kusumawardhani. Bahkan, pihak Dirjen Bina Marga PUPR juga telah berkali-kali bertemu, baik dengan Pemkab Probolinggo, TNBTS, hingga masyarakat adat.
Terlepas dari itu, dia berharap dalam realisasinya nanti tetap harus mematuhi regulasi yang ada. Baik secara aspek kajian lingkungan, konservasi, sosial budaya, hingga pengelolaannya.
”Pada prinsipnya kalau secara zonasi sudah dikaji, semua kajian sudah dipenuhi ya pasti bisa tercapai. Sampai saat ini masih ada pro kontra. Memang harus butuh kajian yang matang,” terang dia, Sabtu (05/06/2021).

Diketahui, ada 7 zonasi di kawasan TNBTS, yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi sejarah dan budaya, dan zona khusus. Kawasan Bromo juga masuk Kawasan Strategis Pembangunan Nasional (KSPN).
Sejauh ini, dia mengatakan, terkait pro kontra pembangunan jembatan kaca ini masih mendapat penolakan dari masyarakat adat Suku Tengger. Karena dibangun di atas gua yang disucikan Suku Tengger.
”Jadi emang masih pro kontra ya soal titiknya,” tambahnya.
Namun, dia melanjutkan, jika dilihat secara positif, dengan adanya spot baru ini nantinya bisa memecah angka kunjungan yang selama ini hanya terkonsentrasi di sejumlah titik saja, seperti di penanjakan misalnya.
”Biasanya kan overload ya saat-saat tertentu. Kalau ada spot baru, kunjungannya bisa terpecah,” jelasnya.
Lebih jauh, soal usulan titik jembatan kaca baru dari Pemkab Malang, Novita belum bisa berkomentar banyak. Hanya saja, dia juga mewanti-wanti seluruh pihak bisa menerapkan regulasi yang ada.
”Dari internal kami (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), rencana ini tetap harus melewati regulasi dan kajian lingkungan, baik secara legal hingga pengelolaan kerja samanya nanti,” harapnya.
”Jangan sampai bergesekan dengan masyarakat adat. Bagaimanapun pembangunan tetap harus mempertimbangkan local wisdom (kearifan lokal) yang ada,” ujarnya.
Jika nanti rencana ini terwujud, jembatan kaca ini bisa dibilang satu-satunya di Jawa Timur. Spot baru di mana wisatawan bisa menikmati eksotisnya Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Semeru, dan rimba raya TNBTS dari atas.