Miris, Mikroplastik Ditemukan di Plasenta Bayi yang Belum Lahir

Ilustrasi bayi menggenggam tangan orang tua. (Foto: Unsplash)
Ilustrasi bayi. (Foto: Unsplash)

ITALIA, Tugujatim.id – Pencemaran limbah plastik dan mikroplastik semakin hari semakin mengkhawatirkan. Dari penelitian terbaru, untuk kali pertama, partikel mikroplastik ditemukan di plasenta bayi yang belum lahir.

Meski belum diketahui dampak kesehatan ke depannya, namun para ilmuwan memastikan partikel tersebut dapat membawa bahan kimia yang bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang pada janin atau mengganggu sistem kekebalan tubuh. Kemungkinan besar, partikel mikroplastik tersebut mulanya dikonsumsi oleh sang ibu.

Empat dari perempuan sehat yang memiliki kehamilan dan kelahiran normal telah memiliki plasenta yang mengandung partikel mikroplastik. Partikel ini ditemukan pada sisi janin ibu dari plasenta dan di selaput tempat janin berkembang.

Baca Juga: Agar Hari Lebih Berwarna, Anda Bisa Melakukan Tips-Tips Ini di Pagi Hari

Sekitar 4 % dari setiap plasenta yang dianalisis, hanya selusin partikel plastik yang dapat ditemukan. Bagaimanapun hal ini tetap menunjukkan jumlah total mikroplastik tetap jauh lebih tinggi.

Semua partikel yang dianalisis adalah plastik yang berwarna biru, merah, oranye atau merah muda. Kemungkinan besar berasal dari kemasan, cat atau komestik dan produk perawatan pribadi. Sebagian besar partikel mikroplastik berukuran 10 mikron (0,01 mm) yang berarti cukup kecil untuk dibawa dalam aliran peredaran darah. Mikroplastik tersebut mungkin telah memasuki tubuh bayi namun para peneliti tidak dapat melihatnya.

“Ini seperti memiliki bayi cyborg: tidak lagi hanya terdiri dari sel manusia tetapi sudah tercampur dengan entitas biologis dan anorganik,” jelas Antonio Ragusa, Direktur Kebidanan dan Ginekologi Rumah Sakit San Giovanni Calibita Fatebenefratelli Roma seperti dilansir The Guardian.

Para peneliti menyimpulkan dalam studi yang diterbitkan di jurnal Environment International: “Karena peran penting plasenta dalam mendukung perkembangan foetus dan dalam bertindak sebagai antarmuka dengan lingkungan eksternal, keberadaan partikel plastik yang berpotensi berbahaya menjadi masalah dan perhatian besar. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menilai apakah keberadaan mikroplastik dapat memicu respons kekebalan atau dapat menyebabkan pelepasan kontaminan beracun yang dapat mengakibatkan bahaya.”

Baca Juga: Tips dan Cara Efektif Membangun Komunikasi dengan Anak Sejak Usia Dini

Mereka juga menambahkan bahwa efek potensial mikroplastik pada janin bayi juga termasuk penurunan pertumbuhan pada janin. Partikel mikroplastik tidak ditemukan di plasenta dari dua wanita lain dalam penelitian tersebut yang mungkin merupakan hasil dari fisiologi, diet atau gaya hidup yang berbeda.

Polusi mikroplastik telah mencapai setiap bagian planet ini. Mulai dari puncak Gunung Everest hingga lautan terdalam. Banyak orang yang sudah diketahui mengonsumsi partikel kecil melalui makanan dan air.

Di bulan Oktober, ilmuwan mengungkapkan bahwa bayi yang telah diberi susu formula dalam botol plastik menelan jutaan partikel dalam sehari. Pada 2019, para peneliti juga melaporkan penemuan partikel polusi udara di sisi janin dari plasenta mengindikasikan bahwa bayi yang belum lahir juga terpapar udara kotor yang dihasilkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor dan pembakaran bahan bakar fosil.

Para peneliti di Italia menggunakan protokol bebas plastik untuk melahirkan bayi guna mencegah kontaminasi plasenta. Dokter kandungan dan bidan menggunakan sarung tangan katun untuk membantu persalinan dan hanya handuk katun yang digunakan di ruang bersalin.

Dikutip dari Daily Mail, Andrew Shennan, seorang Profesor Kebidanan di King’s College London menegaskan bahwa bayi dalam penelitian tersebut memiliki kelahiran normal tetapi “jelas lebih baik tidak memiliki benda asing saat bayi sedang berkembang”.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Drama Saeguk, Drama Korea Berlatar Belakang Kerajaan

“Bayi yang dilahirkan sebelum tercemar termasuk ke penelitian yang sangat kecil, tetapi menunjukkan kekhawatiran yang sangat mengkhawatirkan.” Ungkap Elizabeth Salter Green, seseorang dari Badan Amal Kimia Chem Trust.

Baru-baru ini, sebuah studi terpisah juga menunjukkan bahwa nanopartikel plastik yang dihirup oleh tikus laboratorium yang hamil telah terdeteksi di hati, paru-paru, jantung, ginjal dan otak janin mereka. (Nurul K/gg)