SURABAYA, Tugujatim.id – Bagi sebagian warga Surabaya, tentu tak asing dengan Langgar Gipo. Tempat ini belakangan baru diresmikan oleh Pemkot Surabaya menjadi wisata religi.
Langgar Gipo letaknya persis di Jalan Kalimas Udik I No. 51, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya. Tak jauh dari kompleks makam Sunan Ampel Surabaya. Cagar Budaya ini kini resmi menjdi destinasi wisata religi sejak Sabtu (15/6/2024).
Lokasinya yang masih masuk dalam kawasan wisata Kota Lama Surabaya menjadi pilihan menarik untuk dikunjungi. Selagi berwisata, menilik Langgar Gipo Surabaya juga sekaligus berwisata.
Langgar dengan seluas 209 meter persegi ini tak lepas dari sejarah panjang pergerakan ulama Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di Surabaya. Pendirinya adalah keluarga Sagipodin yang bernama Tsaqifuddin atau H. Abdul Latief.

Dalam dialek Jawa, Tsaqifudin dilafalkan menjadi Sagipoddin. Namun, dalam bahasa Arab sendiri, Sagippodin berarti perintis agama. Nama ini kemudian menjadi marga keluarga.
Diketahui, H. Abdul Latief merupakan kakek dari KH. Hasan Gipo, ulama Ketua Umum PBNU pertama di Indonesia juga kerabat dari KH. Mas Mansur, tokoh Muhammadiyah.
Mengutip dari beberapa sumber, langgar ini sudah berumur ratusan tahun. Ada yang menyebut pertama kali dibangun pada 1700-an, tetapi versi lain pada 1834.
Meski sudah berumur sangat tua, langgar ini masih berdiri kokoh dengan beberapa struktur bangunan yang sudah direvitalisasi oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Langgar Gipo Surabaya ini dulunya merupakan tempat berkumpulnya pejuang-pejuang kemerdekaan seperti HOS Tjokroaminoto, KH. Mas Mansur, hingga pendiri NU KH, Hasyim Asyari.
Bisa dibilang, Langgar Gipo menjadi rumah pergerakan bagi ulama dan pejuang yang aktif berdiskusi berbincang masalah bangsa dan nasib kemerdekaan Indonesia kala itu.
Pada tahun 1834, Langgar Gipo pernah menjadi tempat transit bagi para jemaah haji sebelum bertolak ke Tanah Suci dengan menggunakan kapal dan berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Langgar ini juga menjadi saksi bagaimana perjuangan Arek-Arek Suroboyo dalam melawan keberingasan kolonial Belanda pada masa itu.
Dengan dijadikannya sebagai tempat wisata religi seperti saat ini, Pemkot Surabaya berhadap agar generasi mendatang dapar mengingat sejarah perjuangan para pahlawan melalui Langgar Gipo.
Di sana, beberapa koleksi benda bersejarah yang didapat dari pihak keluarga atau ahli waris. Benda ini bisa dinikmati di lantai dua Langgar Gipo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Izzatun Najibah
Editor: Darmadi Sasongko