Oleh: Imam Taufik Hidayat*
Tugujatim.id – Siapa yang tidak tergiur merasakan kuliah di luar negeri dengan tanpa biaya alias gratis? Berbicara kuliah di luar negeri, banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan. Kesempatan karir dan peluang kerja yang lebih besar dibanding mahasiswa lulusan dalam negeri.
Lulusan luar negeri biasanya memiliki keterampilan dan profesionalisme level global. Mereka mempelajari etos kerja dari beberapa mahasiswa luar negeri, civitas, dan warga suatu negara tujuan mahasiswa itu belajar.
Memiliki kemandirian lebih karena harus hidup jauh dan cenderung sulit dikunjungi orang tua dan keluarga. Memiliki kesempatan untuk mengenal dunia lebih luas baik dari tempat wisata bersejarah sampai kebudayaan dan bahasa.
Namun demikian, kuliah di luar negeri dengan gratis atau mendapat beasiswa tidaklah mudah. Kita harus bersaing dengan banyak calon penerima lainnya. Pesaingannya bukan hanya datang dari level sekolah atau institusi asal kita, melainkan level nasional, bahkan tak jarang internasional. Untuk itu, kita perlu persiapan yang matang.

Dalam sebuah webinar seri ke-2 yang diselenggarakan Yayasan Pondok Inspirasi, bekerja sama dengan Start-up Edubroad.id kami mendapat banyak pencerahan tentang kuliah di luar negeri.
Salah satu pemateri, Agatha, menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan yang harus ditempuh untuk bisa mendapatkan beasiswa gratis, fully-funded kuliah di luar negeri.
Dimulai dari mengenal jenis beasiswa yang mau diikuti. Perlu diperhatikan bahwa funding yang diberikan, penyedia beasiswa, dan sistem seleksi dari setiap beasiswa yang ada sangatlah beragam.
Misalnya, pendanaan yang didapatkan penerima beasiswa ada dua jenis, yaitu fully-funded (didanai penuh) dan Partial-Funded (didanai sebagian).
Tak kalah pentingnya, mengenal lebih dalam diri kita dan alasan mengapa harus kuliah di luar negeri yang biasanya dituangkan dalam motivation letter. Motivation letter atau sering kita sebut motlet biasanya menjadi persyaratan yang paling krusial dalam seleksi beasiswa, karena akan dijadikan salah satu rujukan utama untuk menyeleksi para pendaftar.
Membuat study plan atau rencana pembelajaran yang akan dilakukan selama program berlangsung. Salah satu tips yang diberikan Agatha yang juga belajar di S2 University College London, dalam merancang study plan adalah dengan berdiskusi dengan pembimbing akademik di universitas kita masing-masing.
Last but not least, persiapan yang tak kalah pentingnya adalah berlatih bahasa Inggris sejak saat ini. Tidak ada kata terlambat untuk berani memulai. Latihan tersebut harus mencakup semua skill (speaking, writing, reading, dan listening).
Luar biasa bukan, perjalanan untuk mendapatkan kesempatan yang keren itu? Setiap kita pasti mampu untuk melakukannya. Problemnya ada dalam diri kita, apakah kita mau dan bersedia berjuang atau tidak? Karena setiap buah yang kita tuai selalu bergantung pada bibit yang kita tanam. Setiap hasil yang kelak kita raih pasti akan selalu beriringan dengan lelah, pahit, dan kerasnya kita berjuang.
Tapi tenang, dalam beberapa waktu kedepan, Yayasan Pondok Inspirasi berkomitmen untuk menyelenggarakan beberapa kegiatan dengan topik seputar study abroad secara khusus untuk mahasiswa-mahasiswa Indonesia.
Dalam rangka membersamai persiapan para mahasiswa Indonesia untuk bisa mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri. Tentunya, akan bekerja sama dengan beberapa kolaborator seperti, Edubroad.id, Pemimpin.id, Rumah Wijaya, dan juga Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia.
*Penulis adalam member Pondok Inspirasi.