PAC GP Ansor Singosari dan Lesbumi Kota Malang Mbeber Klasa, Kupas Ideologi Wanita Nusantara Rayakan Harlah Seabad NU

Lesbumi Kota Malang.
Acara Lesbumi NU Kota Malang saat dialog bertema "Mbeber Klasa" di Lapangan Tumapel, Singosari, Kabupaten Malang, Selasa malam (07/02/2023), untuk merayakan seabad NU. (Foto: dok. YouTube KIAKI_KU)

MALANG, Tugujatim.id – Kemeriahan Harlah Seabad NU juga dirayakan PAC GP Ansor Singosari bekerja sama dengan Lesbumi Kota Malang. Salah satunya lewat acara Pasar Rakyat dan Festival Santri “Mbeber Klasa” yang digelar Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kota Malang di Lapangan Tumapel, Singosari, Kabupaten Malang, Selasa malam (07/02/2023).

Acara PAC GP Ansor Singosari dan Lesbumi Kota Malang ini terbuka untuk umum dengan menyajikan sesi dialog lintas disiplin bersama para narasumber yang luar biasa. Mulai dari Hj Hikmah Bafaqih (DPRD Jatim), Aquarina Kharisma Sari (Lesbumi Kota Malang), dan Dwi Cahyono (arkeolog). Mereka mengupas soal tema “Ibuisme: Menggali Ideologi Wanita Nusantara”.

Narasumber dari Lesbumi Kota Malang Aquarina Kharisma Sari mengatakan, potret perempuan sering digambarkan dengan stereotip negatif. Hal itu misalnya dihubungkan dengan miskin, bodoh, hingga sering ditindas laki-laki. Rina, sapaan akrabnya, mengatakan dia ingin menolak stereotip dan narasi buruk yang dilabelkan pada wanita. Karena itu, menurut dia, ideologi wanita Nusantara perlu digali dan dikembalikan.

“Pertama, mengimbangi narasi yang besar dulu (stereotip yang buruk). Wanita itu tidak seperti yang digambarkan,” tegasnya.

Lesbumi Kota Malang.

Sementara itu, menurut arkeolog Dwi Cahyono, ideologi wanita Nusantara memiliki model-model ideologi dari masa ke masa yang berasal dari beberapa lapis masa. Tentu saja perlu menelisik lebih dulu untuk menemukan ideologi mereka.

“Ada yang diserap walaupun budayanya beda. Masyarakat Nusantara itu adaptif. Jadi tidak hanya satu model ideologi karena kita punya lapis masa itu tadi, dan ada banyak etnik juga di Indonesia,” jelasnya.

Senada, narasumber dari DPRD Jatim Hj Hikmah Bafaqih mengatakan, narasi berkembang yang masih merendahkan wanita serta patriarki yang ada di masyarakat harus berubah.

“Saya sering mengadvokasi perempuan yang memiliki problem sosial, tapi sesungguhnya mereka kuat. Sekalipun situasi sosial dan keadaan di masyarakat belum bisa mendukung mereka, sesungguhnya secara faktual mereka itu kuat, setidaknya mereka kuat menahan beban,” katanya.

Dia melanjutkan, untuk mengubah patriarki dan menciptakan kesetaraan, laki-laki juga harus turut mengubah keadaan di masyarakat. Selain itu, juga dibarengi perspektif yang benar dan tidak eksploitatif, serta setara.

“Setara itu tidak berarti harus sama. Equal di dalam NU adalah sesuatu yang sesuai dan ada respek di dalamnya,” tuturnya.