JAKARTA, Tugujatim.id – Berdasarkan data UNESCO pada tahun 2017, Indonesia merupakan negara dengan minat baca yang cukup memprihatinkan, yaitu hanya berkisar 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang memiliki minat membaca buku.
Ironisnya lagi, data wearesocial.com pada Januari di tahun yang sama juga menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia bisa menatap layar gadget hingga sembilan jam per harinya. Sehingga tidak heran pula jika hasil riset lembaga independen di Paris Semiocast turut menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara paling cerewet di media sosial, peringkat kelima di dunia.
Beberapa riset di atas nyatanya selaras dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bahkan merupakan hal yang cukup lumrah bila ada suatu hal yang cukup aneh atau apapun itu akan dengan cepat viral di media sosial bahkan bisa menjadi suatu trending topic dunia.
Berangkat dari latar belakang tersebut, Paragon University menginisiasi terbentuknya komunitas Paragon Book Club bagi Paragonian, istilah bagi staf yang bekerja di PT Paragon Technology and Innovation.
Menariknya, komunitas ini selalu melakukan sesi sharing buku setiap pay day atau hari gajian, menarik bukan? Di saat karyawan perusahaan yang lain memikirkan harus membelanjakan gajinya, para paragonian malah menggunakan momen pay day tersebut dengan melakukan sesi sharing buku.
Seperti yang dilakukan pada Rabu lalu (28/9/2022), sebanyak 33 Paragonian mengikuti sesi sharing buku “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring secara hybrid. Sebanyak 12 bab buku “Filosofi Teras” dibagikan ke-12 orang dengan pembagian masing-masing babnya.
Diawali dengan penyampaian hasil survei khawatir nasional yang dilakukan pada 3.000 responden menunjukkan bahwa hal-hal yang dikhawatirkan oleh kaum milenial saat ini adalah hidup secara keseluruhan, pendidikan, relationship, hingga keuangan.
“Saat kita mencoba terus mengejar kehidupan dunia, apasih yang sebenarnya akan kita peroleh? Ujung dari kehidupan manusia adalah kematian, satu hal yang pasti akan dialami oleh kita semua. Hidup itu sesungguhnya bukan dinilai dari seberapa lama kita hidup, namun seberapa berkualitas kehidupan kita dalam rentang waktu yang diberikan,” ungkap Rosadi, di akhir bab Kematian.
Paragon Book Club memiliki harapan yang besar. Selain sebagai wadah berbagi buku untuk Paragonian, komunitas ini memiliki harapan untuk bisa menebar kebermanfaatan ke lingkungan sekitar.
“Harapannya semoga Paragon Book Club ini dapat terus terlaksana secara rutin dan dapat menebar kebermanfaatan yang lebih luas lagi serta meningkatkan minat baca buku teman-teman Paragonian” harap Kepala Paragon University, Saniy, sebagai penutup sesi Paragon Book Club sesi bulan September.