MOJOKERTO, Tugujatim.id – Perjuangan pasutri pemulung, Khumaidi dan istrinya, Siti Fatimah menyisihkan uang selama puluhan tahun akhirnya mengantarkan mereka memenuhi panggilan Allah, menjalankan ibadah haji.
Khumaidi dan Siti Fatimah tercatat sebagai warga Jaringan Sari, Karangdiyeng, Kutorejo, Kabupaten Mojokerto. Keseharian, pasangan suami istri tersebut berprofesi sebagai tukang pengumpul sampah alias pemulung. Keduanya mengumpulkan barang bekas dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Karangdiyeng, Kutorejo, Kabupaten Mojokerto.
Uang yang terkumpul dari kerjanya setiap hari disisihkan untuk mendaftar nomor porsi haji. Tidak sia-sia tabungan pasutri tersebut berbuah nomor porsi pada tahun 2011.
“Alhamdulillah, kami memang sudah bertekad ingin sekali bisa berhaji. Doa kami sederhana saja, selain juga mengumpulkan uang sebisa kami. Sedikit demi sedikit,” ujar Khumaidi, Minggu (26/5/2024).
Keduanya mengaku mendaftar ibadah haji lewat salah satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) di Kabupaten Mojokerto pada 2011. Pada 2021 sebenarnya juga sudah masuk dalam antrean pemberangkatan, tetapi Pandemi Covid-19 membuat keberangkatan jemaah haji ditunda.
“Akhirnya ditunda tidak jadi berangkat,” tegas Khumaidi.
Khumaidi dan istrinya tidak patah arang. Meski pemberangkatan mengalami penundaan, Khumaidi tetap bekerja seperti biasa, sembari melantunkan doa-doa agar kesempatan berhaji menjadi kenyataan.
Puncaknya, Khumaidi dan istri mendapatkan kesempatan menunaikan rukun Islam kelima dan akan terbang menuju Tanah Cuci pada Selasa (28/5/2024) mendatang.
Saat berada di rumah, Khumaidi masih tidak menyangka bahwa meski sebagai pemulung, dirinya bisa berangkat berhaji tahun ini. Khumaidi juga tak henti-henti mengatakan setiap hari dirinya hanya mencari barang rongsokan dari tumpukan sampah di TPA yang tak jauh dari rumahnya.
“Kerjanya jadi pemulung, cari barang barang bekas lalu dijual,” katanya.
Hasil rongsokan plastik dan kaleng bekas yang dikumpulkan Khumaidi dan Siti Fatimah setiap harinya berkisar Rp100.000. Dari uang tersebut, sebagian disisihkan untuk menabung.
“Kami bertekad mengumpulkan Rp75.000 buat naik haji,” ungkapnya.
Perlahan, tabungan Khumaidi dan Siti Fatimah mulai terkumpul. Keduanya bahkan mampu melunasi biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) di salah satu KBIH.
“Sudah menabung sejak 13 tahun lalu, kalau ambil porsi pada tahun 2011,” urainya.
Raut muka bahagia tampak dari wajah Khumaidi dan istrinya. Sebab, perjalanan menuju Baitullah kini tinggal menghitung hari.
“Sangat senang, alhamdulillah bisa dipanggil ke Tanah Suci, tidak menyangka lah,” bebernya sambil terisak.
Sementara, Siti Fatimah menyampaikan, uang yang didapatkan bersama suaminya selalu disisihkan. Jika sudah terkumpul Rp500 Ribu segera menyetorkan ke KBIH, begitu seterusnya dilakukan.
“Kami kumpulkan dulu uangnya kemudian setiap dapat Rp500.000 kami setor ke KBIH,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Hanif Nanda Zakaria
Editor : Darmadi Sasongko