SURABAYA, Tugujatim.id – Polrestabes Surabaya dan Polres Pelabuhan Tanjung Perak sudah merilis banyak aksi pelaku kejahatan jalanan seperti pencurian, penggunaan hingga jadi kurir narkoba, hingga kasus begal dengan senjata tajam. Mirisnya, sebagian kasus kejahatan tersebut melibatkan anak-anak di bawah umur sebagai pelakunya.
Ya, kasus pelaku kejahatan jalanan hingga saat ini masih menghantui Kota Surabaya. Meski pihak-pihak terkait terus melakukan penangkapan dan penyuluhan soal kasus kejahatan jalanan.
Terbaru, Polrestabes Surabaya menangkap 74 bandit curanmor dalam waktu dua bulan. Fakta mengejutkan, ternyata para bandit yang didominasi residivis ini merekrut anak-anak di bawah umur sebagai pelaku kejahatan jalanan.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Mirzal Maulana mengatakan, para penjahat jalanan memiliki sistem potensial untuk merekrut anak-anak yang putus sekolah.
“Mereka itu awalnya diajak hingga disuruh mengamati aksi kejahatan. Lalu ketika sudah dirasa cukup, maka anak-anak ini akan diajarkan menjadi eksekutor. Dari data yang kami dapat, rata-rata mereka merekrut anak putus sekolah,” katanya saat dihubungi Tugujatim.id, Sabtu (12/11/2022).
Mirzal melanjutkan, sekitar November 2022 ini saja, sudah ada tiga bandit curanmor anak-anak berumur 16 tahun yang ditangkap Unit Resmob dan Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya.
“Faktor-faktor mereka gampang terpengaruh jadi pelaku kejahatan jalanan, yang pasti karena ekonomi dan akibat putus sekolah. Jadi, sebenarnya untuk memberantas kejahatan di Kota Surabaya perlu sinergi semua lini, utamanya dalam tindakan pencegahan baik masyarakat atau dinas berwenang,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan data yang dirilis Kominfo Jawa Timur, Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jawa Timur untuk jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 99,40 persen; 97,76 persen; 74,14 persen; dan 26,27 persen.
“Hal ini memperlihatkan bahwa partisipasi sekolah cenderung turun seiring meningkatnya jenjang pendidikan dengan berbagai faktor penyebabnya,” kata Kepala BPS Jatim Dr Dadang Hardiwan SSi MSi dilansir di laman resmi BPS Jatim dalam laporan Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2022.
Dari keterangan Kominfo Jatim, pandemi Covid-19 di awal 2020 memberi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, termasuk Jawa Timur. Angka anak putus sekolah di Jawa Timur pada 2020 naik tipis untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA sederajat.
Setelah puncak pandemi, angka anak putus sekolah di jenjang SMP hingga SMA/Sederajat pada 2021 perlahan turun, masing-masing menjadi 0,61 dan 0,91. Sedangkan untuk SD sedikit meningkat dari 0,08 menjadi 0,10.