JAKARTA, Tugujatim.id – Sumpah Pemuda merupakan tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Fakta bahwa ikrar tersebut dilaksanakan sebelum kemerdekaan Indonesia adalah bukti nyata pemuda-pemudi saat itu memiliki komitmen yang besar untuk berjuang demi Indonesia melawan penjajahan.
Dengan membawa semangat yang sama, Pemimpin.id yang merupakan platform bagi pemuda yang haus belajar kepemimpinan, menggelar serangkaian gelar wicara bertajuk “Belajar untuk Memimpin” untuk kembali menyemarakkan semangat perjuangan kepada pemuda-pemudi Indonesia di dunia modern ini.
Lead The Fest 2023 yang membawa tema umum “Belajar untuk Memimpin, Memimpin untuk Belajar” direncanakan berlangsung selama 14 hari berturut-turut dan tepat pada Sabtu (28/10/2023) acara tersebut resmi dibuka.
Sesi Kick Off sebagai penanda dimulainya sesi Lead The Fest 2023 turut mengundang EVP & CAO PT Paragon Technology and Innovation, Ana Miftahuddin A; Ketua Pembina Pemimpin.id, Susi Boediman; Founder & CEO Ganara Art, Tita Djumaryo; dan dimoderatori oleh Managing Director Pemimpin.id, Zensa Rahman.
Selain itu, sesi yang berlangsung di Ganara Art Space Plaza Indonesia tersebut juga dihadiri oleh komunitas maupun gerakan kepemudaan dan sosial seperti Feedloop, Rumah Amal Salman, Indorelawan, Tugu Media Grup, Pondok Inspirasi, Indonesia Scholarship Center, Maxima, Everidea, PSPK, Dampak Sosial Indonesia, Ruber Academy, Improva, dan Thinkhalf.
Di awal sesi, moderator melontarkan pertanyaan tentang definisi pemimpin menurut ketiga narasumber.
“Meniti karir di perusahaan dengan prestasi mendapatkan kenaikan pangkat setiap dua sampai tiga tahun sebagai kepala manajer hingga vice presiden sekalipun akan terasa kosong kalau tidak ada kontribusi. Karena sebagai pemimpin, kontribusi itu yang utama,” ucap Miftah, sapaan akrab Ana Miftahuddin A, dari sudut pandang korporasi.
Sementara itu, Susi berpendapat bahwa kapabilitas seorang pemimpin harus bermula dari diri sendiri. “Esensi memimpin harusnya berawal dari diri sendiri dulu,” ucap konsultan ternama itu.
Sedangkan Tita lebih menekankan bahwa seorang pemimpin adalah sosok yang dapat mengamalkan nilai tenggang rasa. “Menurut saya, seorang pemimpin, apalagi di Indonesia, yang dibutuhkan adalah sosok yang mengayomi nilai tenggang rasa. Itu kuncinya. Intinya back to Indonesian basic values,” jelas wanita lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung itu.
Sesi yang berlangsung di jantung kota jakarta itu terasa hangat dan interaktif. Ketiga narasumber sepakat bahwa memimpin itu tidak mudah. Namun mereka menggaris bawahi bahwa tantangan yang dihadapi oleh setiap generasi sejatinya sama. Yang berbeda justru peluang untuk berkontribusi yang makin terbuka. Pemanfaatan teknologi adalah kuncinya karena sejarah juga mengatakan mereka yang lebih cepat menguasai teknologi akan lebih cepat mengendalikan keadaan dan menjawab tantangan zaman.
Reporter: Achmad Rifqi
Editor: Lizya Kristanti