Tugujatim.id – Seiring berkembangnya harapan tentang alat deteksi COVID-19 GeNose yang dikembangkan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) maka pada tulisan ini saya ingin sedikit membahas apa yang sudah diberitakan tentang prinsip kerja dari alat ini agar bisa lebih memahami inovasi yang telah dikembangkan ini.
Dalam artikel yang dilansir oleh kumparan berjudul “Begini Cara Kerja Alat GeNose UGM yang Bisa Deteksi Corona dalam 80 Detik” dituliskan:
“Dian Kesumapramudya Nurputra, peneliti UGM yang terlibat dalam penelitian memaparkan, GeNose bekerja dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi COVID-19 yang keluar bersama nafas melalui embusan nafas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial.”
Pada tulisan ini saya ingin membahas lebih lanjut tentang apa itu VOC dan bagaimana bisa dijadikan untuk deteksi pada infeksi bakteri dan virus secara singkat.
Prinsip kerja GeNose secara umum nampaknya diambil dari beberapa riset sebelumnya yang menyatakan bahwa ketika virus atau bakteri hidup dan melakukan proses perkembang biakan di suatu media, maka akan menghasilkan suatu zat ekstraseluler (hasil metabolisme yang dikeluarkan dari dalam sel) dengan massa jenis yang sangat rendah. Sehingga bersifat mudah menguap atau volatil. Senyawa tersebut secara umum disebut dengan VOC (Volatile Organic Compound). Jenis zat yang dihasilkan dari infeksi setiap bakteri dan virus berbeda-beda.
Contoh menurut jurnal Abd El Qader A, Lieberman D, Shemer Avni Y, et al (2015) bahwa heptane dan methylcyclohexane merupakan senyawa utama yang dihasilkan pada infeksi dari bakteri, sedangkan virus menghasilkan 1-hexanol and 1-heptadecene. Jenis bakteri dan virus yang digunakan (influenza A, influenza B, adenovirus, respiratory syncitial virus and parainfluenza 1 virus), three bacteria (Moraxella catarrhalis, Haemophilus influenzae and Legionella pneumophila) and Mycoplasma pneumoniae).
Pada penelitian ini deteksi dilakukan dengan cara mengambil sampel gas pada tabung kultur dari bakteri dan virus yang digunakan. Sampel tersebut di analisis menggunakan GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry).
Jadi, intinya jika kita bisa mengidentifikasi profil dari VOC penderita COVID-19 maka bisa dibuat sensor untuk mendeteksi keberadaan VOC yang spesifik dari SARS-CoV 2. Pengembangan sensor melalui teknologi biosensor ini lah yang nampaknya dikembangkan di alat GeNose ini. Jika merujuk pada Haoxuan Chen et al (2020) maka VOC yang dihasilkan dari SARS-CoV-2 adalah butyraldehide n isopropanol, maka kemungkinan salah satu parameter dari alat tersebut adalah senyawa ini.
Akan tetapi semua senyawa-senyawa VOC ini bisa juga dihasilkan dari reaksi kimia lainnya didalam tubuh terutama dari makanan. Oleh sebab itulah prinsipnya bahwa GeNose ini hanya bisa digunakan seabgai rapid test saja dan tidak bisa digunakan sebagai penentu mutlak seseorang terinfeksi atau tidak.
Menurut saya pribadi, GeNose merupakan suatu terobosan inovasi yang sangat penting dalam masa pandemi ini, tapi perlu adanya sosialisasi yang menyeluruh dan detail kepada khalayak agar tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan masyarakat mengabaikan suatu prosedur utama yang ada dalam hal ini PCR dan penilaian klinis dokter dalam menegakkan kondisi infeksi seseorang.
Tulisan ini dibuat secara pribadi setelah penulis ingin mencoba memahami dan berbagi prinsip dasar dari alat ini. Penulis mencoba mencari publikasi resmi (jurnal penelitian) dari tim pengembang tapi belum menemukan publikasi terkait GeNose sebagai alat deteksi COVID-19.

Pramono Sasongko, STP., MP., M.Sc.
Pengajar bidang Mikrobiologi di Prodi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri), Malang
Referensi:
https://www.nature.com/articles/s41598-019-55334-0
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.06.21.20136523v1.full.pdf