MOJOKERTO, Tugujatim.id – Unik! Pemerintah Desa (Pemdes) Balongmojo, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, berhasil membuat inovasi baru dengan mengolah daun kelor menjadi olahan pentol yang bergizi. Namanya Pentol Kelor Mojo. Bahkan, pentol yang umumnya berwarna pucat kemerahan itu kini jadi berwarna hijau. Lalu bagaimana proses pembuatan pentol unik ini?
Kepala Desa Balongmojo Ahmad Muslik mengatakan, inovasi Pentol Kelor Mojo ini berawal dari program One House One Kelor sehingga muncul ide untuk memanfaatkan daun kelor. Dia mengatakan, pejabat pemdes pun bermusyawarah untuk mencoba hal baru yaitu menggunakan daun kelor sebagai campuran pentol hingga menjadi pentol kelor.
“Awalnya dari program One House One Kelor. Lalu muncul ide melalui musyawarah bagaimana kalau memanfaatkan daun kelor untuk diolah menjadi pentol. Jadilah Pentol Kelor Mojo itu,” kata Ahmad Muslik pada Sabtu (11/02/2023).
Muslik, sapaan Ahmad Muslik, mengatakan, dia dan tim BUMDes sebelumnya membahas apa keunggulan dari daun kelor. Setelah diskusi lumayan panjang, dia dan tim sepakat melibatkan perajin pentol untuk berinovasi dengan memanfaatkan daun kelor.
“Kami memiliki tim dan membahas potensi apa dari Desa Balongmojo yang dapat dipromosikan. Para tim berusaha mencari banyak informasi tentang tanaman kelor di Google ingin berkolaborasi dengan perajin pentol. Sepertinya tidak banyak orang yang menggunakan tanaman ini,” ucapnya.
Muslik juga mengatakan bahwa sudah banyak yang orang membikin keripik kelor, puding kelor, dan siomay kelor di daerah lain. Dia menjelaskan, akhirnya disepakati untuk menggabungkan tanaman kelor dengan salah satu mata pencaharian warga Desa Balongmojo yaitu perajin pentol. Hasilnya, dibuatlah Pentol Kelor Mojo.
Meski banyak perajin alas kaki di Balongmojo, hal itu tidak menyurutkan niat Pemdes Balongmojo untuk berinovasi. Beberapa perajin dikerahkan salah satunya Siti Aisyah. Warga Balongmojo itu awalnya mencoba mencampur kelor langsung dengan adonan pentol. Namun, hasilnya kurang memuaskan.
“Awalnya langsung campur saja. Tapi, hasilnya kurang bagus,” kata Aisyah, sapaan Siti Aisyah.
Dia akhirnya mencoba merebus daun kelor sebelum dicampur adonan pentol. Setelah direbus, daun kelor lalu diblender menjadi satu dengan adonan pentol dan dimasak. Hasilnya, produk ini begitu memuaskan.
“Jadi daun kelor harus direbus dulu. Kami tidak ujuk-ujuk bisa bikin. Mencoba bereksperimen, berkali-kali gagal dulu, hingga akhirnya berhasil membuat inovasi baru ini,” kata perempuan berusia 48 tahun itu sambil terkekeh.
Aisyah menambahkan, inovasi pentol kelor ini tergolong baru karena berjalan belum setahun. Meski begitu, banyak yang meminati pentol berwarna hijau itu.
“Tapi memang ada kenaikan produksi dari 10 kg per hari menjadi 14 kg per hari, yang 4 kg ini khusus pentol kelor. Untuk pentol kelor dipasarkan melalui BUMDes, ini ada laporan jika penjualan naik di BUMDes. Insyaa Allah kalau permintaan banyak, ya pasti nambah produksi,” sambungnya.
Aisyah mengaku jika nanti banyak permintaan pentol kelor, dia tidak bingung mencari bahan bakunya. Selain ada di rumahnya, rumah tetangga Aisyah juga banyak ditumbuhi tanaman kelor yang dibuat pagar. Sebab, di Desa Balongmojo juga ada program One House One Kelor.
“Saya rasa tidak bingung soal bahan karena tanaman kelor banyak di sini, di rumah ada, di tetangga bahkan jadi pagar. Untuk harga, yang kemasan box mix isi 30 biji, saya jual dengan harga Rp25 ribu. Kemasan plastik isi 25 untuk orisinal Rp16 ribu dan yang varian Rp20 ribu. Selain pentol, saya juga jual sempol,” tutupnya.