News  

Perayaan Imlek Terbatas ala Klenteng Eng An Kiong Kota Malang di Tengah Pandemi

Klenteng Eng An Kiong. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)
Jemaat tengah ibadah di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)

MALANG, Tugujatim.id – Perayaan Tahun Baru Imlek tahun ini masih di tengah pandemi Covid-19. Karena itu, Klenteng Eng An Kiong Kota Malang merayakannya secara terbatas. Bahkan, hanya 30 jemaat saja yang diperbolehkan ibadah Imlek di Klenteng Eng An Kiong, Selasa (01/02/2022). Seperti apakah pelaksanaannya?

Klenteng Eng An Kiong. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)
Jemaat tetap khidmat ibadah di Klenteng Eng An Kiong meski dilakukan secara terbatas. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)

Ya, berbagai ornamen khas Imlek menghiasi Klenteng Eng An Kiong. Mulai dari lampion hingga lilin-lilin berbagai ukuran menyala di sudut-sudut klenteng. Sejak pagi, jemaat Tridharma yakni kepercayaan Tao, Tionghoa, dan Buddha mulai berdatangan serta menjalankan ibadah Imlek dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat.

Ornamen Imlek di Klenteng Eng An Kiong. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)

“Ibadah kami lakukan di klenteng, tapi secara terbatas sekitar 30 orang. Ini juga undangan, kalau tak ada undangan kami tolak,” kata Wakil Ketua Yayasan Klenteng Eng An Kiong Kota Malang Herman Subianto.

Dia mengakui, pembatasan jumlah jemaat ini terasa agak berbeda daripada sebelum pandemi Covid-19. Meski begitu, dia mengatakan, pembatasan kali ini tidak mengurangi sedikit pun makna ibadah yang digelar.

Salah satu prosesi penyalaan lilin saat Imlek. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)

“Imlek tahun ini doa khusus yang kami lantunkan agar negara kita ini terhindar dari bencana alam dan malapetaka. Selain itu, juga berdoa agar Covid-19 segera berlalu,” jelasnya.

Klenteng Eng An Kiong dijaga ketat petugas dan tak ada atraksi barongsai. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)

Sementara itu, dia juga menjelaskan, perayaan Imlek tahun ini tak ada atraksi barongsai, potehi, hingga cap gomeh. Dia menyebutkan, perayaan tersebut memang sudah biasa dilakukan sejak nenek moyang umat Tridharma ada.

Jemaat harus menerapkan prokes saat masuk ke Klenteng Eng An Kiong. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)

“Mulai nenek moyang kami, bahkan meski bukan umat Tridharma, umat lain juga merayakan. Misal Katolik dan Kristen yang memiliki nenek moyang Tionghoa,” ucapnya.

Ornamen lampion menghiasi Klenteng Eng An Kiong. (Foto: Rubianto/Tugu Malang)

Dia menjelaskan, umat Tridharma sudah ada sejak 2500 tahun yang lalu. Umat Tridharma yang terdiri dari kepercayaan Tao, Tionghoa, dan Buddha ini terus menjaga nilai toleransi dan tradisi.

Exit mobile version