SURABAYA, Tugujatim.id – Peringatan Hari Buruh Nasional atau May Day selalu menjadi momentum epik untuk menyampaikan aspirasi terkait ketenagakerjaan, penindasan terhadap karyawan, dan ketidakadilan yang dirasakan buruh. Hari Buruh juga sering kali disebut “May Day”, tatkala tahun 1889 menetapkan 1 Mei sebagai hari untuk mendukung pekerja dalam rangka memperingati kerusuhan “Haymarket” di Chicago pada 1886.
Koordinator Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Provinsi Jawa Timur Syahril Ramadhon menyampaikan, buruh bukanlah tumbal perusahaan di masa pandemi Covid-19. Dia dan para serikat pekerja lain tetap kukuh menolak keras UU Omnibuslaw yang sempat disahkan pemerintah Indonesia tempo waktu.
“Kami mengangkat May Day sebagai hari perlawanan, cabut UU Omnibuslaw. Buruh bukan tumbal pandemi Covid-19. May Day adalah momen di Chicago, tatkala ada tuntutan terhadap panjangnya jam kerja yang awalnya 24 jam sehari, dituntut pengurangan menjadi 7-8 jam kerja,” terang Syahril saat ditemui Tugu Jatim di samping Kebun Binatang Surabaya (KBS), Sabtu (01/05/2021).
Also Read
Syahril melanjutkan, buruh juga memerlukan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Seperti halnya manusia lain, tidak hanya bekerja siang-malam sehingga pengurangan jam kerja itu amat diperlukan buruh mana pun.

Terlebih, Syahril menegaskan, momen perjuangan buruh masih belum selesai, di masa kontemporer banyak ditemukan penindasan berjenis neoliberalisme dalam tubuh perusahaan dan industri, membuat buruh menjadi korban lagi.
“Karena buruh butuh kumpul dengan keluarga maupun melakukan kegiatan sosial di kampung halaman. Momentum perjuangan buruh belum selesai, dalam perkembangan kaum buruh malah mengalami penindasan,” imbuhnya.
Selain itu, Syahril menyebut, buruh tidak memiliki perlindungan yang kuat dari negara. Karena itu, peringatan May Day merupakan perayaan yang menuntut atas beragam kebijakan yang tidak pro terhadap buruh.
“Tolak penundaan tunjangan hari raya (THR), juga salah satu turunan topik kami menjelang pembayaran THR banyak perusahaan yang tidak membayar dengan alasan dampak pandemi Covid-19,” bebernya.
“Kenapa waktu rugi perusahaan berkoar-koar, kalau untung diam saja. Banyak perusahaan di Indonesia, H-10 perusahaan tersebut banyak yang tidak atau belum membayar THR untuk buruh,” jelasnya.
Membahas perayaan May Day tahun ini, Syahril melanjutkan, karena diadakan dengan situasi pandemi Covid-19, jadi tidak bisa mengerahkan massa aksi yang maksimal dan besar. Hanya memakai perwakilan setiap serikat buruh saja.

Syahril menyampaikan, terkait kolaborasi dari sekian elemen buruh yang bergabung dalam aksi, yakni KASBI Jatim, di bawahnya ada serikat tingkat federasi, SBK, SP Pionir, SBJR, dan mahasiswa dari berbagai organisasi ekstrakampus seperti PMII, GMNI, dan lain-lain.
“Elemen rakyat semua sedang melakukan konsolidasi, sepakat turun ke jalan untuk menyikapi kondisi masyarakat saat ini. Kurang lebih, kami membawa massa sekitar 300-500 orang dari semua elemen,” tegasnya.
Syahril menjelaskan terkait rangkaian aksi di Hari Buruh atau May Day yang dijalankan KASBI Jatim dan serikat pekerja lainnya. Titik aksi utama, Syahril menjelaskan, ada di Gedung Negara Grahadi Surabaya.
“KBS untuk titik kumpul massa aksi, lalu ‘longmarch’ dan keliling konvoi (termasuk di Disnaker Jatim, red), menuju sasaran aksi utama di Gedung Negara Grahadi Surabaya sebagai simbol kenegaraan yang mengemban kebijakan. Sampai pukul 18.00, sampai batas waktu yang sudah ditentukan oleh aturan,” ujarnya.