Peringati May Day, Ketua KASBI Jatim: Cabut Omnibuslaw, Buruh Bukan Tumbal Pandemi Covid-19!

Dwi Lindawati

News

Peringatan May Day atau Hari Buruh Nasional oleh KASBI Jatim dan seluruh elemen buruh dan mahasiswa di depan Disnaker Provinsi Jatim, Jalan Dukuh Menanggal Surabaya, Sabtu (01/05/2021). (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)
Peringatan May Day atau Hari Buruh Nasional oleh KASBI Jatim dan seluruh elemen buruh dan mahasiswa di depan Disnaker Provinsi Jatim, Jalan Dukuh Menanggal Surabaya, Sabtu (01/05/2021). (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

SURABAYA, Tugujatim.id – Peringatan Hari Buruh Nasional atau May Day selalu menjadi momentum epik untuk menyampaikan aspirasi terkait ketenagakerjaan, penindasan terhadap karyawan, dan ketidakadilan yang dirasakan buruh. Hari Buruh juga sering kali disebut “May Day”, tatkala tahun 1889 menetapkan 1 Mei sebagai hari untuk mendukung pekerja dalam rangka memperingati kerusuhan “Haymarket” di Chicago pada 1886.

Koordinator Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Provinsi Jawa Timur Syahril Ramadhon menyampaikan, buruh bukanlah tumbal perusahaan di masa pandemi Covid-19. Dia dan para serikat pekerja lain tetap kukuh menolak keras UU Omnibuslaw yang sempat disahkan pemerintah Indonesia tempo waktu.

“Kami mengangkat May Day sebagai hari perlawanan, cabut UU Omnibuslaw. Buruh bukan tumbal pandemi Covid-19. May Day adalah momen di Chicago, tatkala ada tuntutan terhadap panjangnya jam kerja yang awalnya 24 jam sehari, dituntut pengurangan menjadi 7-8 jam kerja,” terang Syahril saat ditemui Tugu Jatim di samping Kebun Binatang Surabaya (KBS), Sabtu (01/05/2021).

Syahril melanjutkan, buruh juga memerlukan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Seperti halnya manusia lain, tidak hanya bekerja siang-malam sehingga pengurangan jam kerja itu amat diperlukan buruh mana pun.

Koordinator Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Provinsi Jawa Timur Syahril Ramadhon. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)
Koordinator Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Provinsi Jawa Timur Syahril Ramadhon. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

Terlebih, Syahril menegaskan, momen perjuangan buruh masih belum selesai, di masa kontemporer banyak ditemukan penindasan berjenis neoliberalisme dalam tubuh perusahaan dan industri, membuat buruh menjadi korban lagi.

“Karena buruh butuh kumpul dengan keluarga maupun melakukan kegiatan sosial di kampung halaman. Momentum perjuangan buruh belum selesai, dalam perkembangan kaum buruh malah mengalami penindasan,” imbuhnya.

Selain itu, Syahril menyebut, buruh tidak memiliki perlindungan yang kuat dari negara. Karena itu, peringatan May Day merupakan perayaan yang menuntut atas beragam kebijakan yang tidak pro terhadap buruh.

“Tolak penundaan tunjangan hari raya (THR), juga salah satu turunan topik kami menjelang pembayaran THR banyak perusahaan yang tidak membayar dengan alasan dampak pandemi Covid-19,” bebernya.

“Kenapa waktu rugi perusahaan berkoar-koar, kalau untung diam saja. Banyak perusahaan di Indonesia, H-10 perusahaan tersebut banyak yang tidak atau belum membayar THR untuk buruh,” jelasnya.

Membahas perayaan May Day tahun ini, Syahril melanjutkan, karena diadakan dengan situasi pandemi Covid-19, jadi tidak bisa mengerahkan massa aksi yang maksimal dan besar. Hanya memakai perwakilan setiap serikat buruh saja.

Aksi untuk memperingati May Day. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)
Aksi untuk memperingati May Day. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

Syahril menyampaikan, terkait kolaborasi dari sekian elemen buruh yang bergabung dalam aksi, yakni KASBI Jatim, di bawahnya ada serikat tingkat federasi, SBK, SP Pionir, SBJR, dan mahasiswa dari berbagai organisasi ekstrakampus seperti PMII, GMNI, dan lain-lain.

“Elemen rakyat semua sedang melakukan konsolidasi, sepakat turun ke jalan untuk menyikapi kondisi masyarakat saat ini. Kurang lebih, kami membawa massa sekitar 300-500 orang dari semua elemen,” tegasnya.

Syahril menjelaskan terkait rangkaian aksi di Hari Buruh atau May Day yang dijalankan KASBI Jatim dan serikat pekerja lainnya. Titik aksi utama, Syahril menjelaskan, ada di Gedung Negara Grahadi Surabaya.

“KBS untuk titik kumpul massa aksi, lalu ‘longmarch’ dan keliling konvoi (termasuk di Disnaker Jatim, red), menuju sasaran aksi utama di Gedung Negara Grahadi Surabaya sebagai simbol kenegaraan yang mengemban kebijakan. Sampai pukul 18.00, sampai batas waktu yang sudah ditentukan oleh aturan,” ujarnya.

Popular Post

Rukyatul Hilal

Tidak Nampak Hilal di Mojokerto Akibat Faktor Cuaca

Darmadi Sasongko

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Pemantauan Hilal 1 Ramadan 1446 Hijriah dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Mojokerto bersama Tim Lembaga Falakiyah ...

5 Cerita Dongeng Bahasa Inggris Terbaik untuk Anak yang Seru dan Edukatif!

5 Cerita Dongeng Bahasa Inggris Terbaik untuk Anak yang Seru dan Edukatif!

Tiara M

Tugujatim.id – Dongeng selalu menjadi bagian dari kehidupan kita sejak kecil. Selain menghibur, cerita-cerita ini juga mengandung pesan moral yang ...

Ilustrasi.

Hujan Deras, Balita di Kediri Terpleset ke Parit dan Tewas

Herlianto A

KEDIRI, Tugujadim.id – Duka dan kepedihan mendalam dirasakan Zulfia Ramadani, warga Kelurahan/Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Dia harus mengikhlaskan buah hatinya, ...

1 Ramadan.

1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025, Ini Penjelasan Menteri Agama

Dwi Linda

JAKARTA, Tugujatim.id – Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini diumumkan oleh Menteri ...

WhatsApp Image 2023 07 19 at 17.20.31

5 Pekerjaan Remote di Era Digital, Menggali Peluang Kerja di Dunia Digital

Lizya Kristanti

Tugujatim.id – Dalam era digital yang terus berkembang, peluang untuk bekerja secara remote semakin meluas. Kemajuan teknologi telah memungkinkan kita ...

Anak juragan gabah.

Isi Bensin di SPBU, Uang Anak Juragan Gabah di Pasuruan Senilai Rp90 Juta Raib Dicuri Maling

Dwi Linda

PASURUAN, Tugujatim.id – Seorang pemuda anak juragan gabah di Pasuruan, Jawa Timur, diduga menjadi korban pencurian saat mengantre isi bensin ...