Oleh: Nurcholis MA Basyari
Tugujatim.id – Penantian cukup panjang itu harus dibayar dengan langkah _gercep_ alias gerak cepat mempersiapkannya. Bukan hanya kami berdua – saya dan istri, Yayah Nuriyah- melainkan juga para jamaah.
Praktis, kami hanya punya waktu sekira satu pekan menyiapkan banyak hal. Alhamdulillah, kami telah mengantisipasi beberapa persiapan yang sebagian sudah dikerjakan beberapa pekan sebelumnya.
Meski kami relawan, namun kami berusaha melakukan persiapan hingga pelaksanaan secara profesional. Ini tentu bukan hanya demi menjaga reputasi kami sebagai penerima amanah. Lebih dari itu, juga reputasi penggagas sekaligus penyandang utama dana gerakan sosial umroh The Power of Silaturahim (POS), yakni pakar komunikasi dan motivator kondang Dr Aqua Dwipayana selaku pemberi amanah dan kepercayaan. Dan, tentu saja yang tidak kalah pentingnya ialah bahwa kami menganggapnya sebagai ibadah, ngangon jamaah, yang pertanggung jawabannya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kasih dan Sayang.
Pentingnya Antisipasi dan Kesiapsiagaan
Salah satu nasihat sangat populer dari Nabi Muhammad SAW ialah ketika beliau memberi petuah kepada seorang pemuda. “Jagalah lima hal sebelum datangnya lima hal.”
Kelima hal itu ialah: (1) Waktu mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) sehatmu sebelum datang sakitmu, (3) waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, (4) kayamu sebelum miskinmu, (5) hidupmu sebelum matimu.
Nasihat tersebut mengisyaratkan betapa dalam mengarungi hidup ini kita sangat memerlukan kemampuan memprediksi dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bakal terjadi. Kemampuan antisipatif itu akan menuntun kita untuk selalu siap siaga menghadapi beragam kemungkinan dalam mengarungi samudera kehidupan.
Dalam konteks topik tulisan ini, saya ingin menggarisbawahi petuah antisipatif nomor tiga tersebut. Masyarakat kita menerjemahkannya dengan pepatah: “Sedia payung sebelum hujan.” Satu produsen semen di Ranah Minang menarasikannya dalam slogan: “Kami telah berbuat sebelum yang lain memikirkannya.”
Ikhlas dan Kesungguhan sebagai Kunci
Niat tulus dan tekad bulat diiringi kesungguhan dan keikhlasan menjalani semua persiapan yang semestinya kita lakukan. Inilah yang terus-menerus saya tanamkan dalam diri saya dan para jamaah POS IV.
Terbuka lebarnya keran umroh setelah musim haji 2022 dan memasuki Tahun Baru Hijriyah 1444 pada akhir Juli silam pada menjadi alarm yang membangunkan kesiapsiagaan kami. Aqua dan saya intensif mendiskusikan langkah-langkah antisipatif. Termasuk, kemungkinan jamaah umroh POS IV segera mendapatkan slot berangkat ke Tanah Suci pascapandemi Covid-19. Semestinya, 43 orang jamaah POS IV berangkat umroh pada 15-23 April 2020. Namun, keberangkatan mereka batal lantaran terhalang pandemi Covid-19.
Seperti pada POS I, II, dan III, latar belakang dan asal daerah anggota jamaah umroh POS IV juga beragam. Mereka ada yang masih aktif bekerja, ada pula yang telah pensiun. Ada anggota TNI, guru, petani, pegawai BUMN, karyawan swasta, ibu rumah tangga, santri, mahasiswa, wiraswasta, dan asisten rumah tangga.
Saya segera menarik paspor, buku kuning vaksin meningitis, dan kelengkapan dokumen lain para jamaah POS IV dari biro penyelenggara umroh yang sedianya menangani kami. Langkah ini saya ambil meski kami belum mendapatkan jadwal keberangkatan.
Kami kirimkan kembali paspor dan buku kuning kepada seluruh jamaah POS IV di wilayah Jabodetabek, Bandung, Slawi, Semarang, Salatiga, Kendal, Magelang, dan Jepara di Jawa Tengah, Nganjuk, Madiun, dan Malang di Jawa Timur, Pekanbaru-Riau, Pontianak-Kalimantan Barat, Balikpapan-Kalimantan Timur, dan Tanah Datar-Sumatera Barat.
Paspor itu diperlukan untuk keperluan jamaah mengurus suntik meningitis kembali karena vaksinasi sebelumnya sudah kedaluwarsa. Ada juga jamaah yang harus ganti paspor karena masa berlakunya sudah habis. Alhamdulillah, urusan paspor lancar.
Vaksin Meningitis Langka
Persoalan justru muncul pada pengurusan suntik meningitis. Vaksin meningitis langka di mana-mana. Antrean pemohon mengantre panjang di tempat-tempat layanan vaksin meningitis. Kantor Kesehatan Pelabuhan Halim Perdana Kusuma di Jl Jengki No. 45 Kebon Pala, Kampung Makasar, Jakarta Timur, pun tampak kewalahan memenuhi kebutuhan vaksin meningitis.
Yang ikut berjubel mengantre di sana bukan hanya pemohon dari wilayah Jakarta dan sekitarnya melainkan juga luar daerah, bahkan luar pulau, termasuk dari Medan, Sumatera Utara. Mereka mengatakan kesulitan mendapatkan vaksin meningitis di daerah asal.
Jamaah POS IV juga mengalami hal tersebut. Jamaah asal Magelang harus ke Yogyakarta untuk mendapatkan vaksin meningitis. Demikian juga jamaah asal Jepara harus meluncur ke Semarang. Jamaah asal Ngajuk dan Madiun harus berjuang mendapatkannya ke Ibu Kota Jawa Timur Surabaya. Di grup WA, sesama jamaah saling berbagi informasi dan pengalaman mendapatkan suntuk meningitis.
Alhamdulillah, berkat tekad, semangat, dan kesungguhan berusaha, akhirnya semua 43 jamaah POS IV mendapatkan vaksin meningitis.
Dengan demikian, semua dokumen jamaah berupa paspor, buku kuning, kartu keluarga, kartu nikah bagi yang sudah berkeluarga, dan pas foto sudah siap. Kami tinggal menyerahkannya kepada tim Dream Tours & Travel setelah mendapatkan informasi dari Aqua Dwipayana bahwa biro penyelenggara umroh itulah yang akhirnya menangani jamaah POS IV.
Koper dan Perlengkapan
Kami mendapatkan kepastian keberangkatan jamaah umroh POS IV dari Managing Director Dream Tours Rian Darmawan. Kamis (20/10/2022). Rian mengabarkan jamaah POS IV akan berangkat 31 Oktober 2022 dari Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo menuju Bandara Prince Mohammed Bin Abdul Aziz Madina, Arab Saudi.
Saya bersama Yayah Nuriyah, relawan yang juga jamaah POS I dan akan ikut POS IV, langsung tancap gas. Hari libur tidak berlaku bagi kami. Kami berbagi tugas. Yayah lebih banyak mengurus dan berkomunikasi internal dengan jamaah. Saya lebih intens urusan dengan Dream Tours dan pihak-pihak lain, termasuk hotel dan urusan bus.
Kami segera menyusun rencana aksi dan eksekusinya. Termasuk mengurus koper dan perlengkapan jamaah dari Dream Tours. Kami data ukuran baju koko jamaah sesuai standar yang tersedia. Ada yang ukuran M, L, XL, XXL, XXXL hingga 4L. Selanjutnya, kami ajukan datanya ke Dream Tours.
Yang cukup krusial ialah kain batik yang harus segera dikirim agar dapat dijahit menjadi kemeja atau busana muslimah. Jamaah punya waktu 7-3 hari untuk menjahit kain batik itu. Lamanya waktu tersebut terkait erat dengan kedatangan kain batik sampai ke tangan jamaah yang tersebar di berbagai tempat, termasuk kawasan pegunungan atau perkampungan yang jauh dari pusat kota.
Bersyukur, Tim Dream Tours pimpinan Rian juga bergerak cepat. Koordinasi juga mudah karena ada grup whatsapp (GWA) khusus yang beranggotakan semua lini petugas Dream Tours dan kami berdua (saya dan Yayah). Rian bukan hanya mengerahkan belasan stafnya di Dream Tours pusat yang mengurusi berbagai bidang melainkan juga Dream Tours Surabaya dan para petugas handling di lapangan, baik di Surabaya maupun Madinah dan Mekah.
*Penulis ialah ketua rombongan umroh POS I-IV.