MALANG, Tugujatim.id – Sejak dibuka kembali Kampung Warna Warni Jodipan (KWJ) Kota Malang pada 29 Oktober 2021 lalu hingga saat ini suasana kampung wisata tersebut masih sepi bila dibandingkan dengan sebelum Pandemi Covid-19.
Jalan yang biasanya dipenuhi oleh wisatawan untuk berfoto berlatar rumah warga kini dapat dihitung jari. Warna-warna yang terdapat pada dinding tembok rumah warga juga tampak memudar dan pucat. Beberapa pedagang mengeluh akibat penurunan jumlah wisatawan yang terdampak oleh pandemi sebelumnya.
Salah satu pedagang bernama Lova menjelaskan, semenjak dibuka setelah setahun vakum dalam sehari hanya ada sekitar 20 hingga 30 pengunjung yang datang. Saat weekend dan hari libur nasional pengunjung juga tidak seramai sebelum pandemi dulu.
Also Read
Bisa dibandingkan sebelum pandemi, KWJ biasa dikunjugni hingga 1.200 orang perhari sebagaimana dikutip dari surabaya.liputan6.com. Keadaan ini tentu berbalik 180 derajat dengan keadaan sebelumnya.
Pada Rabu (08/06/2022), wartawan Tugu Jatim berkunjung ke lokasi wisata ini. Ternyata hanya terlihat beberapa wisatawan lokal saja. Malah, wisatawan mancanegara lebih mendominasi. Suasananya tampak sangat lengang. Anak-anak kecil bermain dan beberapa warga ngobrol di salah satu lapangan yang ada di sana tanpa terganggu pengunjung. Beberapa toko tampak buka walaupun tak ada pembelinya.
Keunikannya Mulai Meredup
Dalam kesempatan itu, Wartawan Tugu Jatim sempat berbincang dengan Soni Parin, Ketua RW 02 di kawasan tersebut. Menurutnya, sepinya pengunjung ini selain disebabkan pandemi juga karena bermunculannya wisata kampung tematik di Kota Malang yang lebih baru. Sehingga posisinya tersaingi dan pengunjung menjadi terbagi.
“Mau mengembalikan seperti dulu saya kira sulit, ya, tapi kalau dulu kan Warna-Warni itu tidak ada saingannya karena dulu sendirian,” kata Soni.
Menurut data travel.tribunnews.com pada tahun 2021 sudah terdapat 22 kampung tematik yang ada di Kota Malang. Munculnya wisata-wisata baru ini, perlahan membuat pengunjung meninggalkan KWJ sebagai kampung yang mempelopori dunia kampung wisata tematik di Malang.
Saat disinggung mengenai penambahan dan pembaharuan sarana dan prasarana yang ada di kampungnya, Soni mengatakan bahwa jumlah pemasukan yang sedikit tidak memungkinkan untuk melakukan pembaharuan. Pihaknya memilih menggunakan uang yang ada itu untuk kepentingan pemeliharaan fasilitas.
Biaya untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas semua berasal dari uang kas yang dikumpulkan warga dan uang tiket masuk pengunjung. Warga juga bergantung pada 50 persen potongan dari pihak penyedia cat agar dapat menekan pengeluaran yang banyak.
“Untuk mengecat jasa yang dipakai juga dari warga sendiri, bukan jasa reparasi dari pihak lain,” kata dia.
Soni Parin juga mengkonfirmasi bahwa selama ini dalam pemeliharaan kampung wisata ini tidak ada campur tangan dari pemerintah Kota Malang. Untuk itu, dia menginginkan adanya renovasi dari pemerintah agar ada suasana baru dan menarik minat wisatawan.

Beberapa Fasilitas Belum Pulih Pasca Banjir
Pada bulan November 2021 lalu, Kampung Warna-Warni sempat diterjang banjir bandang akibat luapan Sungai Brantas. Musibah itu merusak beberapa CCTV di sejumlah 35 titik yang ada di sana, menghanyutkan tempat sampah umum, alat untuk protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan, dan bantuan cat sebanyak 5 kwintal.
Menurut Soni Parin, cat sebanyak 5 kwintal yang hilang itu berasal dari pihak sponsor, sehingga untuk pemeliharaan dan pengecatan kembali warga harus membiayai sendiri.
Dia juga mengonfirmasi soal rusaknya CCTV. Menurutnya, CCTV memang berguna untuk pengamanan, memantau keadaan jika ada permasalahan, dan mengetahui jika ada pencopet. Tetapi karena sudah sepi pengunjung, dia merasa CCTV tidak terlalu krusial untuk diperbaiki saat ini.
Inovasi yang Diusahakan Warga
Demi membangkitkan keunikan dan menarik perhatian pengunjung, warga Kampung Warna-Warni tidak tinggal diam. Mereka ingin berinovasi dengan berencana membangun panggung untuk karaoke.
Menurut Soni warga sering mengadakan acara karaoke bersama saat hari Minggu dan hari libur untuk hiburan semata agar suasana tidak sepi.
Hal itu nyatanya menarik perhatian pengunjung untuk bernyanyi bersama. Rencananya, panggung kecil-kecilan itu akan dibangun di pojok kanan depan lapangan, menggantikan tempat cuci tangan usang yang tidak terpakai.
Untuk inovasi fasilitas baru, Soni juga berpikir itu penting untuk menambah nilai daya tarik dari Kampung Warna-Warni. Tetapi semua itu tergantung dengan pemasukan dana.
“Semestinya memang menambah hal yang bisa menarik perhatian pengunjung, tapi semuanya perlu biaya untuk menambah sarana prasarana. Sekarang kami lebih menyesuaikan saja sesuai kemampuan yang ada, memperbaiki, juga merawat kampung ini agar tetap menarik perhatian pengunjung,” pungkasnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim