MALANG, Tugujatim.id – Dalam sebuah podcast, Tugu Malang ID berkesempatan untuk berbincang dengan Mulyono Rekso, Pinwil Pegadaian XII Jatim. Dia pun bercerita soal filosofi hidupnya: ringan sama dijinjing, berat saya pikul sendiri.
Mulyono Rekso lahir dari keluarga sederhana. Ayah Mulyono merupakan seorang mudin, sedangkan ibunya pedagang makanan. Dulu ibunya sering menggadaikan barang di Pegadaian untuk bisa bertahan hidup. Dengan kondisi tersebut, tak membuat dia menyerah. Mulyono harus banyak berjuang dan bekerja demi meraih cita-citanya.
Adanya keterbatasan dari orang tua, membuat Mulyono Rekso menyadari dia harus masuk ke sekolah kedinasan yang tidak memerlukan biaya sehingga tak memberatkan kedua orang tuanya. Sejak kecil, Mulyono bercita-cita untuk menjadi pimpinan Pegadaian.
“Karena ibu saya sering menggadai, terus kalau saya lewat Pegadaian itu tersirat kalau jadi pemimpin Pegadaian itu kayaknya mapan gitu,” ujarnya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pinwil, meski memiliki jabatan yang tinggi tak membuat Mulyono gengsi untuk langsung turun ke lapangan apabila mendapati sebuah masalah.
“Saya turun ke bawah langsung, memotivasi mereka,” katanya.
Dia juga mengatakan memberikan perintah tak bisa diterima di kalangan milenial. Jadi, dia harus turun langsung.
“Kalau mandatory atau perintah-perintah saja sekarang sangat tidak bisa diterima di kalangan milenial dan kami memang harus ikut aktif ke dalamnya,” ujarnya.
Hal tersebut juga sejalan dengan prinsipnya bahwa suksesnya seorang pemimpin adalah ketika bawahannya lebih pintar dan lebih sukses dari atasannya. Dia juga mengatakan, pemimpin itu harus adaptif atau menyesuaikan dengan zaman.
“Kalau zaman teknologi seperti sekarang, digital leadership kami harus kuat. Terus juga bagaimana cara kami berpakaian, berpenampilan, dan komunikasi juga harus mengikuti. Jadi, bisa diterima di semua kalangan,” ujarnya.

Mulyono juga memiliki sebuah filosofi hidup yakni ringan sama dijinjing, berat saya yang pikul. Pria yang lahir di Purwokerto tersebut menjelaskan tentang filosofinya yang memiliki arti tentang sebuah pengorbanan.
“Pemimpin memang harus banyak berkorban,” ujarnya dengan tegas.
Menurut dia, ada saatnya pemimpin itu memikul hal-hal tertentu.
“Saat-saat tertentu memang saya yang mikul dan ini sebagai pimipinan biasanya adalah hal-hal yang besar,” ungkapnya.
Mulyono berpesan kepada anak muda atau kaum milenial bahwa akhlak itu penting dalam kehidupan sehari-hari dan kuncinya akhlak yakni berkorban.
“Kita harus mengalah, kita harus siap bergaul dengan orang dengan watak yang berbeda-beda,” tutupnya.