Potensi Surplus 1,13 Juta Ton, Panen Padi di Jatim Melimpah pada Maret-April 2023

Panen padi di Jatim.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menemani Presiden Jokowi meninjau produksi panen di Ngawi, Jatim, beberapa waktu lalu. (Foto: Diskominfo Jatim)

SURABAYA, Tugujatim.id Data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gabah dan beras di Jawa Timur selama 2020-2022 merupakan tertinggi di Indonesia. Data yang terhimpun terakhir, pada 2022 total panen padi di Jatim mencapai 9,69 juta ton gabah kering giling (GKG).

Angka tersebut diiringi nilai tambah petani (NTP) dengan indeks di atas 100 yang mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan petani atau produsen pangan di wilayah Jawa Timur.

“Jatim punya peran vital dalam menjaga ketersediaan pangan nasional. Kemudian pada Maret-April 2023, Jatim telah memasuki masa panen raya padi. Di mana potensi panen padi di Jatim sampai April 2023 mencapai 828,72 ribu hektare dan diperkirakan surplus 1,13 juta ton,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melalui keterangan resminya pada Jumat (17/03/2023).

Mengutip dari laman Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur, produksi padi pada Januari 2023 diperkirakan sebesar 0,32 juta ton GKG. Dalam kalkulasinya, potensi produksi padi sepanjang Januari sampai April 2023 mencapai 4,45 juta ton. Artinya, total potensi produksi padi pada Subround Januari hingga April 2023 mencapai 4,77 juta ton GKG atau ada kenaikan sebesar 133 ribu ton GKG (2,86 persen) dibanding tahun lalu, 4,64 juta ton.

Potensi produksi padi paling tinggi dari Januari sampai April 2023 terjadi di beberapa wilayah. Di antaranya, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Jember. Sementara itu, untuk yang terendah terjadi di Kota Batu, Kota Mojokerto, dan Kota Pasuruan.

Meski begitu, Provinsi Jawa Timur akan terus berkomitmen untuk meningkatkan produksi panen padi dengan berbagai program salah satunya melalui Grace Period. Harapannya, para petani mendapat kemudahan akses untuk permodalan.

Sebagai informasi, grace period adalah kelonggaran waktu untuk melakukan pembayaran cicilan awal dan pelunasan peminjaman pokok maupun bunga selama jangka waktu tertentu agar tidak memberatkan petani.

“Grace period untuk gapoktan kami harapkan minimal dua tahun itu saja sangat luar biasa. Dengan grace period, kami berharap agar petani agar bisa mengakses alsintan modern. Dengan begitu, kedaulatan pangan negeri ini akan terwujud,” tuturnya.

Untuk diketahui, alsintan merupakan alat pertanian yang dioperasikan tanpa atau dengan motor penggerak untuk kegiatan budi daya, pemeliharaan, panen, pasca panen, pengolahan hasil tanaman, peternakan, dan kesehatan hewan.