BATU, Tugujatim.id – Petani jeruk Kota Batu kini hanya bisa pasrah pasca pemerintah RI memberlakukan kebijakan pembatasan alokasi pupuk subsidi. Pembatasan ini dilakukan akibat dampak inflasi. Alokasi pupuk hanya dibatasi untuk sembilan komoditas pertanian. Mulai dari padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kakao, dan kopi.
Akibat pembatasan ini, petani jeruk Kota Batu menjadi salah satu pelaku pertanian yang terdampak. Sebab, harga pupuk melonjak gila-gilaan.
Ketua Gapoktan Sumber Bumi Makmur Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Sumari membenarkan hal itu. Pasca kebijakan, warga di desanya hampir 90 persen bergantung dari hasil panen jeruk. Tentu, kebijakan itu membuat mereka garuk-garuk kepala.
Kebijakan ini membuat petani jeruk Kota Batu harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli pupuk. Dia menjelaskan, harga pupuk NPK non-subsidi kini berada di harga Rp50 juta per sak isi 50 kilogram.
”Kalau pupuk subsidi harganya hanya Rp115 ribu,” ungkapnya saat dihubungi Jumat (24/02/2023).
Padahal, petani harus komitmen menjaga kualitas panen sehingga terpaksa membeli pupuk mahal tersebut. Sementara itu, harga di pasaran juga tidak bisa ditekan naik.
Kondisi itu akhirnya membuat petani banyak yang kelimpungan dan terpaksa berutang ke bank untuk biaya modal. Meski begitu, menurut dia, solusi itu tidak sehat.
”Memang masih ada alternatif untuk diberi pupuk kandang agar kualitasnya tetap sama. Tapi untuk kebutuhan satu pohon itu bisa sampai dua sak. Belum bensin dan biaya operasional lain,” ujarnya.
Terpisah, Penjabat (Pj) Wali Kota Batu Aries Agung Parwai sudah mendengar keluhan tersebut. Aries sendiri mengaku sudah berkomunikasi dengan menteri pertanian yang tengah berencana membantu meningkatkan potensi pertanian kultikultura di Kota Batu.
”Nanti ketika kesempatan itu akan saya sampaikan lagi soal masalah ini,” ucapnya.
Untuk diketahui, pada 2023 ini alokasi penerima pupuk bersubsidi di Kota Batu hanya ada 2.800 petani. Jumlah tersebut berbanding jauh pada tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 8.000 petani.