TUBAN, Tugujatim.id – Sejumlah Pasar Hewan Tuban didisinfeksi untuk menangani tren kenaikan kasus virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Kegiatan tersebut melibatkan Dinas Peternakan dan BPBD Provinsi Jatim serta instansi terkait di wilayah Bumi Wali, Kamis (19/01/2023).
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Indyah Aryani saat dikonfirmasi mengatakan, cara memutus mata rantai penularan virus dan lalu lintas ternak dengan penyemprotan disinfektan pasar hewan. Sebab, salah sumber penyebaran juga dari Pasar Hewan Tuban.
“Kami akan intensif sosialisasi lagi ke petani, pedagang, petugas pasar, maupun peternak dengan selalu waspada kaitannya soal ternak baru,” ujar Indyah Aryani.
Mantan Kepala Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPTPT-HMT) Jatim ini menambahkan, sebelumnya hampir rata-rata daerah di Jatim sudah nol kasus. Namun pertengahan Januari 2023, ada peningkatan kasus, termasuk di Tuban yang jumlahnya lumayan banyak.
“Rata-rata kasusnya karena hewan ternak yang belum tervaksin,” terangnya.
Penyakit yang disebabkan virus ini tidak mengenal wilayah. Salah satunya cara pencegahannya dengan mengendalikan lalu lintas ternak dari pasar ke pasar. Jika memang ada tren kenaikan tinggi, maka terpaksa Pasar Hewan Tuban ditutup sementara. Jika bisa dikendalikan, cukup mendisinfeksi dan upaya lainnya.
“Jika ada penutupan pasar, dampaknya juga besar. Di Jawa Timur sampai saat ini belum dilakukan. Namun, kami akan koordinasi kembali untuk meningkatkan kewaspadaan,” terangnya.
Kasus terbaru di Jawa Timur ada 186 ekor tambahan terinfeksi PMK hingga Rabu (18/01/2023). Sedangkan yang mati akibat virus ini 9 ekor. Jadi, keseluruhan kasus yang masih mendapatkan perawatan ada 1.059 hewan. Sementara secara kumulatif kasus di Jatim sebanyak 192.306 ekor, dari jumlah itu sudah sembuh 185.743 ekor dan yang mati 4.004 ekor.
“Kalau di Tuban update terakhir 105 kasus di Tuban. Sementara kenaikan kasus juga terjadi di Bojonegoro di kisaran 85-100 hewan ternak,” ujarnya.