MALANG, Tugujatim.id – Hari Santri Nasional 2023 dirayakan oleh Lesbumi NU Kota Malang dan Pesma Al-Hikam Malang dengan mengadakan Mbeber Klasa edisi spesial Hari Santri, pada Kamis (30/11/2023).
Topik yang diangkat adalah Santri dan Teknologi: Asal-Usul, Perjumpaan dan Tantangan. Menghadirkan dua narasumber: Ki Ardhi Purboantono (Dalang Lesbumi PBNU, Pengasuh Sanggar Santri Sapujagad) dan M Leo Zainy (Musisi, Pengajar, dan Dewan Pakar Lesbumi NU Kota Malang). Acara dipandu oleh Ervin Lukmanul Hakim sebagai moderator.
Sebelum acara dimulai, Kanjeng Surgi dan Swara Pertiwi menyenandungkan Suluk Trucuk dan Suluk Manjing Surup sebagai pembuka acara.
Di awal acara, KH Muhammad Nafi’ selaku pengasuh Pesma Al-Hikam Malang memberikan pengantar wacana bahwa para ulama terdahulu, para wali, memberikan teladan tentang dakwah yang halus, berakhlak, dan tidak meninggalkan seni budaya. “Di era hari ini, di mana semua serba dihitung secara materi, kita sangat perlu menengok kembali teladan para wali, salah satunya metode dakwah melalui seni,” ucapnya
Ki Ardhi, dalam paparannya menyampaikan banyak hal, tentang asal-usul dan sejarah santri serta peranannya dari masa ke masa.
Selain itu, disampaikan pula tokoh Jayabaya beserta Mbah Wasil dalam peranan “menuju zaman masa depan”, juga tentang Ronggowarsito yang memberikan wedaran jaman, terutama Kalabendu, dan perkiraan Kalajaya.
Di akhir penyampaian, Ki Ardhi menekankan pentingnya pesantren sebagai tempat pendidikan agama, akhlak, dan laku batin atau spiritual. Sehingga keberadaan pesantren sangat penting guna merealisasikan harapan dan cita-cita para leluhur bangsa.
Sementara Leo Zainy memberikan gambaran utuh tentang kondisi realita hari ini, bahwa konsumsi publik yang tinggi kepada media sosial. Peran santri di era teknologi hari ini harus diimbangi dengan semangat santri yang siap mengisi.
Menurutnya, muslim yang mayoritas di negara ini, serta data pesantren dan jumlah santri yang jutaan, mengharuskan para santri untuk terjun dan memasuki ruang-ruang publik, sehingga peran santri semakin luas. Karena, santri memiliki bekal yang lebih banyak daripada yang bukan santri. Santri harus optimistis dalam menatap masa depan.
Malam yang hangat tersebut semakin akrab dengan semangat para hadirin yang diselingi gelak tawa renyah. Perjumpaan ini menjadi sebuah ruang bertegur sapa dan saling mengisi kebersamaan. Semakin larut semakin hanyut ke dalam pembicaraan yang penuh makna, ada beberapa santri yang menyampaikan keresahan dan saling menyampaikan harapan.
Mbeber Klasa ini menjadi ruang kultural yang memungkinkan bertemunya banyak gagasan serta pembacaan kondisi terkini. Sehingga kelak para santri yang terjun ke masyarakat semakin siap dan yakin, karena sudah mendapatkan modal pengetahuan dan kemantapan hati.
Di akhir acara, ditutup dengan doa secara bersama-sama dan Ki Ardhi membacakan Kidung Purwajati sebagai bukti cinta dan mengharap keberkahan Sunan Kalijaga.
Seusai acara, Ketua Lesbumi NU Kota Malang, Fathul H Panatapraja memberikan cinderamata dan sebuah bibit pohon sawo kecik kepada Pesma Al-Hikam Malang sebagai tanda kekeluargaan dari Lesbumi NU Kota Malang diterima langsung oleh KH Muhammad Nafi’.(*)
Editor: Lizya Kristanti