SURABAYA, Tugujatim.id – Relawan-relawan lingkungan terus melakukan operasi sampah plastik di sungai. Seperti yang dilakukan Ecoton dan Relawan Sungai Nusantara yang berhasil mengidentifikasi 170 lebih sampah sachet makanan, sabun, popok, streofoam, kresek, dan kemasan plastik sekali pakai lainnya. Hasilnya, mereka “panen” 10 karung sampah plastik.
Ekspedisi ini dimulai dari Sungai Bengawan Solo dari Bojonegoro sampai Blora Jawa Tengah dengan melakukan bersih-bersih pohon di bantaran sungai pada akhir pekan lalu.
Kemasan dan sachet tersebut berasal dari berbagai produsen terkenal seperti Wings, Unilever, Indofood, Mayora, dan Siantar Top. Sampah tersebut masih banyak tercecer dan nyangkut di pohon di bantaran Sungai Bengawan Solo.
Koordinator Operasi Plastik Muhammad Kholid Basyaiban menuturkan, sampah plastik yang tertahan di sejumlah pohon, tepatnya di pinggiran sungai Bengawan Solo, mayoritas didominasi tas kresek.
“Setidaknya 60 persen merupakan jenis kresek tidak bermerek hingga kresek warna-warni. Sedangkan 40 persen sampah plastik bermerek dari kemasan dan sachet,” jelasnya, Selasa (12/10/2021).
Sampah bermerek yang kerap ditemui merupakan jenis packaging sabun cuci, pencuci piring, mie instan, pakan ternak, ada pula sachet makanan, minuman, bungkus snack, dan botol minuman.
“Perlu upaya clean up pohon plastik di Sungai Bengawan Solo untuk mengurangi sampah-sampah plastik di pohon dan mengurangi polusi plastik yang berguna menjaga kualitas air. Sebab, Sungai Bengawan Solo itu 80 persen airnya menjadi suplai bagi 3 PDAM besar, yaitu PDAM Blora, Solo, dan Bojonegoro,” paparnya.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura ini mengatakan, tujuan kegiatan operasi bersih-bersih pohon plastik untuk membersihkan ratusan bahkan ribuan pohon yang terlilit plastik di bantaran sungai. Tujuannya agar polusi plastik yang menjadi cikal bakal mikroplastik dapat diminimalisasi keberadaannya di sungai, khususnya di Sungai Bengawan Solo.
Dio Prasetyo, salah satu peserta dari Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untag Surabaya, berharap setelah kegiatan ini, masyarakat akan sadar dan mengubah perilakunya untuk tidak membuang sampahnya ke sungai, khususnya untuk sampah plastik.
“Harapannya, pemerintah juga mau bertindak untuk mengatasi permasalahan tata kelola sampah yang sangat buruk, terutama masalah sampah di sungai,” ujarnya.
Dio juga menjelaskan perlu adanya tindakan pemerintah untuk mengawasi dan melakukan penegakan hukum bagi pelaku pembuang sampah di sungai. Selain itu, dia melanjutkan, pemerintah juga harus menyediakan tempat sampah di sepanjang aliran sungai dan menerapkan kebiasaan memilah sampah dari rumah di setiap daerah, khususnya daerah di bantaran Sungai Bengawan Solo.
Dia berharap pemerintah menerbitkan perda terkait pembatasan plastik sekali pakai untuk mengurangi sampah plastik, terutama di sungai. (*)
Sumber Artikel: Berita Anak Surabaya (Basra)