SURABAYA, Tugujatim.id – Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana menyampaikan bahwa dalam upaya pengoperasian Rumah Sakit (RS) Siloam di area City of Tomorrow (Cito) Mall Surabaya, yang paling penting ialah persetujuan warga sekitar. Kalau memang tidak memperoleh persetujuan dari warga, pengoperasian itu bakal dihentikan dan dibatalkan.
“Tinggal nanti telaahnya seperti apa, saya sudah mengisyaratkan kalaupun ini harus kita buka rumah sakit, itu tetep persetujuan warga sekitar. Perizinan dan lain-lain harus diselesaikan. Kalau tidak ada persetujuan dari warga sekitar, ya tidak (dibatalkan operasi Rumah Sakit (RS) Siloam di area Cito Mall Surabaya, red),” terang Whisnu pada pewarta Tugu Jatim saat ditemui di Cito Mall Surabaya, Rabu (10/02/2021).
Whisnu menyampaikan bahwa sejak awal Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sempat mengalami kekurangan dalam penyediaan ruang BOR (bed occupancy ratio) dan ICU (Intensive Care Unit). Sehingga hanya dapat bertahan selama 2-3 minggu saja. Sehingga perencanaan operasi RS Siloam di area Cito Mall Surabaya sempat dibahas.
Also Read
“Waktu awal iya, karena 2 minggu yang lalu kan BOR kita, ICU kita sampai 100 persen. Dan bertahan itu 2 minggu atau 3 minggu. Awal bulan Januari 2021 itu, saya kehilangan 2 lurah saya bersama istrinya, meninggal di IGD karena menunggu ICU. Nah pengalaman itu waktu di Jakarta, ketemu dengan jajaran kementrian juga pas bertemu ya saya sampaikan berapa lama ini bisa dibuka,” lanjutnya.
Selain itu, Whisnu juga sudah menyampaikan dengan tegas pada pihak RS Siloam bahwa harus dapat persetujuan dari warga sekitar, penghuni, pemilik, penjual dan pengelola Cito Mall Surabaya, namun ternyata banyak dari warga setempat dan pihak Cito Mall Surabaya yang belum setuju diadakannya RS Siloam.
“Sudah saya tegaskan dari awal waktu itu, warga sekitar harus sepakat. Karena kni berbatasan langsung, dengan penghuni, dengan mal, harus ada sekat atau pembatas tegas. Nah tadi ada kejadian sekat yang tidak tegas itu temboknya,” tegasnya.
Whisnu merasa kecewa mengetahui hal tersebut, apalagi sebagian pembatas antara RS Siloam dan Cito Mall Surabaya hanya memakai partisi, bukan dinding beton. Selain itu, di dalam Cito Mall Sudabaya terdapat ruangan yang menghubungkan secara langsung menuju RS Siloam.
“Tadi saya sudah sampaikan, saya kecewa kalau begini. Persyaratan teknis yang berkaitan dengan rumah sakit nanti dari tim teknis. Tapi bagi saya yang paling utama adalah persetujuan warga sekitar, karena bagi saya keselamatan warga Surabaya merupakan hukum tertinggi,” tuturnya.
Sebagai upaya pengoperasian RS Siloam, Whisnu sempat menjelaskan bahwa perlu dilakukan sosialisasi ke warga, warga harus dipahamkan, warga harus tetap merasa aman, dan mengajak warga untuk menelusuri lokasi-lokasi dan akses-akses yang akan dipakai sebagai RS Siloam.
“Tadi sudah saya katakan, pertama sosialisasi dan warga harus dipahamkan. Warga harus tetap merasa ‘safe‘, ngajak warga untuk melihat keliling ke dalam, bahwa ini aman ya monggo. Batasnya harus tegas, yaitu dinding, bukan partisi, tadi kan pakai partisi pembatasnya. Saya kira ini belum layak,” pungkasnya.
Untuk pihak RS Siloam sendiri, tidak hadir dalam agenda penyampaian aspirasi dari Paguyuban Pemilik, Penghuni, Pengelola dan Penjuan (P4) Cito Mall Surabaya, pihak Apartemen dan warga setempat di Dukuh Menanggal 1 Surabaya. Sehingga, Whisnu berupaya mengadendakan pertemuan dengan semua pihak tersebut untuk membahas mengenai kasus RS Siloam. (Rangga Aji/gg)