BATU, Tugujatim.id – Kurva laju penularan Covid-19 di Kota Batu selama pemberlakuan PPKM Level 4 diklaim mulai melandai. Sebab itulah, wacana urgensi kehadiran RS Darurat belum menjadi opsi utama.
Alih-alih membuat RS Darurat yang makan banyak waktu dan persiapan ekstra, Pemerintah Kota (Pemkot) Batu untuk saat ini memilih memaksimalkan shelter atau tempat isolasi terpadu yang ada di Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII).
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu Kartika Trisulandari bahwa, bahwa langkah yang bisa dilakukan dalam waktu dekat ialah menambah layanan stabilisasi di lantai bawah.
Di sini pasien yang masuk artinya perlu intervensi khusus seperti infus, oksigen atau pengamatan lebih intens. Namun, sifatnya hanya perawatan stabilisasi.
”Karena kita gak bisa rawat sampai sembuh karena keterbatasan alat. Paling tidak, pasien bisa stabil sembari menunggu dapat RS. Layanan tambahan ini sudah jalan 2 minggu,” papar dia kepada reporter, Rabu (4/8/2021).
Menurut dia, urgensi RS Darurat tidak mesti harus mempertimbangkan situasi laju penularan yang sedang terjadi. Jika dipaksakan ujug-ujug bikin RS Darurat tanpa pertimbangan lebih, ditakutkan malah justru muncul masalah baru.
Saat ini pun, angka kasus aktif harian di Kota Apel ini juga sudah melandai. Antrean di RS Rujukan Kota Batu pun kata dia juga sudah mulai berjurang.
”Jadi itu saja, kita optimalkan yang ada dulu. Kita lihat dulu situasinya nanti. Yang jelas antisipasi pasti ada,” kata dia.
Rencananya, Dinkes Kota Batu juga sedang mencari tempat lain yang bisa digunakan sebagai shelter khusus bagi pasien tanpa gejala atau gejala ringan. Begitu juga, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Poltekes untuk mengirim sejumlah relawan nakes.
Sebagai informasi, Kota Batu masih tergolong zona merah. Data terakhir per 1 Agustus 2021, angka aktif ada 388 kasus atau 16%, kesembuhan 1.895 atau 76,65% dan kematian 189 atau 7,64%.
Sedangkan untuk ketersediaan tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) isolasi di rumah sakit Kota Batu sebesar 97,10%, dan untuk kapasitas shelter terisi 51,19% atau terisi 86 pasien dari 156 kapasitas bed.
Untuk tenaga kesehatan, vaksinasi sudah terealisasi 100%. Secara keseluruhan penerima vaksin berdasarkan penerimaan vaksin sudah mencapai 72,66%.