MALANG, Tugujatim.id – Siapa yang tidak mengenal Salman Subakat, pria kelahiran Jakarta, 20 Juli 1980, ini merupakan CEO PT Paragon Technology and Innovation. Ternyata Salman adalah sosok yang memiliki perhatian khusus terhadap pendidikan meski perusahaan yang dia pimpin bergerak di bidang kecantikan.
Kepada tugumalang.id, partner tugujatim.id, melalui kegiatan Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation pada Rabu (21/07/2021). Salman mengatakan bahwa sebenarnya background keluarganya adalah pendidikan. Karena itu, perhatiannya sangat tinggi terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
“Kalau secara ideologi atau spirit itu Paragon sebenarnya seperti sekolah, karena background saya sendiri orang tua sebagai dosen sebetulnya dua-duanya. Kemudian kakek dan nenek saya sebenarnya juga guru sekaligus pengusaha, dan nenek sampai saat ini masih aktif sebagai guru,” terang pria yang baru saja merayakan ulang tahun ke-41 ini.

Dia juga melihat pendidikan adalah salah satu jalan tercepat untuk meningkatkan perekonomian keluarga di Indonesia.
“Dari pendidikan juga saya melihat migrasi sosial yang sangat cepat, jadi misalnya anak petani bisa saja menjadi kepala R&D dalam waktu 4 tahun, gak ada yang lebih cepat dari pendidikan. Seandainya gak pakai pendidikan kan gak akan loncat, ibaratnya tidak ada katalisatornya sehingga hanya linear,” tuturnya.
“Karena itu, pendidikan memiliki makna yang sangat dalam. Kita ketemu teman, berinovasi, punya bapak ideologis di kampus itu (awal mulanya) dari pendidikan. Dari situlah kita ingin Paragon itu rasanya seperti di kampus juga, tempat kita untuk tumbuh dan berkembang,” sambungnya.
Lulusan Electrical Engineering Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga menyambut baik program dari Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim soal program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
“Saat ini dengan adanya Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan 20 SKS yang boleh di luar itu, membuat kami yang cinta pendidikan sangat senang. Artinya, dosen bisa magang di sini, mungkin jawabannya udah senang jadi tambah senang lagi dengan era digital, peluang yang terbuka, perubahan paradigma. Dan karena itu tidak mudah, kita juga tahu seberapa keras harus menjaga ini,” ungkapnya.
Salman mengatakan, program Merdeka Belajar juga bisa disebut link and match, maka menurutnya ini adalah konsep lama yang sejak dulu sudah ada. Istilah link and match ini sudah ada dari 1998.
“Jadi, kenapa Paragon punya kepedulian pada pendidikan karena memang udah passion, tahu tantangannya luar biasa seru, terus ada opportunity besar banget di era digital ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Mentor dari program Fellowship Jurnalisme Pendidikan sekaligus wartawan senior Fans Surdiasis menilai bahwa Salman Subakat adalah sosok yang sangat inspiratif.

“Mas Salman itu kaya, kalau ditanya kaya apa dari sudut pandang kita sebagai wartawan tentu jawabannya ada kaya tindakan, kaya pengalaman, kaya pemikiran yang pantas kita bagi dengan pembaca kita,” paparnya.
Frans mengatakan, dari pelaksanaan Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch pertama hingga kedua, dia selalu bertanya apa perbedaan antara Salman Subakat dengan Paragonnya dibandingkan pengusaha atau perusahaan lain. Dan dia mengatakan bahwa yang membedakan adalah pendekatan ekosistemnya.
“Saya kalau membicarakan ekosistem teringat 2 hal, yaitu prinsip lama untuk memenangkan perang dan bukan hanya memenangkan pertempuran, saya kita pendekatan ekosistem pendekatan dasarnya adalah itu. Pendekatan yang dilakukan secara holistik dan bukan partikularistik, jadi medan berpikirnya diarahkan ke satu medan yang luas. Dan itu sama persis yang dilakukan Mas Salman dengan PT Paragon, bukan hanya sekadar dengan beasiswa tapi dengan komponen-komponen utama dalam ekosistem itu dibantu atau difasilitasi sehingga tumbuh bersama,” jelasnya.
“Kedua, saya ingat dari bukunya Obama saat akan mencalonkan diri sebagai presiden, menurutnya salah satu hal penting dalam pengelolaan masyarakat itu adalah kemampuan kita untuk meletakkan sesuatu dalam proporsi yang tepat. Jadi, kalau kita tadi melihat dari bahasanya Mas Salman adalah keseimbangan, ekosistem itu butuh keseimbangan,” imbuhnya.
Terakhir, dia berharap bahwa kepedulian di bidang pendidikan ini tidak hanya dikerjakan oleh Salman Subakat dengan Paragonnya.
“Tapi juga pengusaha-pengusaha yang lain yang bisa terlibat dengan cara yang sama,” ujarnya.