Tugujatim.id – Sejak munculnya kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada bulan Maret 2020 hingga saat ini bulan Juli 2021, tercatat sebanyak 2.832.755 kasus positif covid di Indonesia. Data ini sebagaimana dirilis www.covid.go.i.d. Hal ini tentu berdampak terhadap berbagai lini kehidupan manusia terutama akses pendidikan dan ekonomi.
Sejumlah kementerian mulai dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hingga Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara daring dari rumah.
Langkah ini sebagai upaya memprioritaskan keselamatan dan kesehatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat. Cara belajar daring ini diharapkan menjadi solusi bagi pandemi Covid-19.
Namun, faktanya proses pembelajaran jarak jauh ini berdampak terhadap peserta didik dan keluarga terutama orang tua. Sementara, peserta didik banyak yang mengeluh dan merasa kurang termotivasi selama proses belajar. Ada banyak kendala, termasuk yang paling sering adalah jaringan internet yang sering terganggu
Akibatnya tidak sedikit yang mengalami stres bahkan depresi, terlebih beban tugas yang terlalu banyak diberikan pada peserta didik. Orang tua juga mengeluhkan beban ganda yang harus dihadapi setiap harinya di rumah, yaitu menata ekonomi dan mendampingi anak belajar.
Selain itu, pandemi Covid-19 juga membuat perekonomian negara terganggu, terutama bagi para pencari nafkah di sektor swasta atau informal. Pasalnya, aktivitas belanja masyarakat menurun serta beberapa tempat kerja terpaksa ditutup demi mencegah penularan virus asal China tersebut.
Sebagai gantinya, beberapa pekerjaan dikerjakan dari rumah atau istilahnya WFH (Work From Home). Cara kerja ini ditetapkan berdasarkan surat edaran sekjen Kemekeu Nomor 5 Tahun 2020.
Namun demikian, WFH tidak selamanya berjalan mulus. Faktanya bekerja di rumah mengalami kendala, salah satunya gangguan domestik dari rumah tangga, seperti masalah keluarga, mengurus rumah tangga, mendampingi anak belajar daring, prioritas porsi bekerja di rumah, dst.
Hal inilah yang membuat belajar daring di rumah semakin terasa berat. Beberapa orang tua mengeluh selama pendampingan pembelajaran anaknya karena tidak maksimal. Ada orang tua yang tidak mampu memahami materi pembelajaran anaknya, serta sarana dan prasarana yang kurang mendukung.
Berdasarkan data penelitian, peserta didik merasa kurang yakin akan diri dan masa depannya. Mereka cenderung berorientasi pada hasil akhir secara instan tanpa berpikir panjang mengenai proses selama pembelajaran.
Mereka mengerjakan dan mengumpulkan tugas untuk mendapat nilai saja tanpa memahami proses pembelajaran materi selama pembelajaran daring.
Self-Control
Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian diri (self-control) tiap individu agar bertahan dan beradaptasi ditengah pandemi Covid-19.
Prof. Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa pada dasarnya pengendalian diri berperan dalam proses penyesuaian diri atau adaptasi individu. Apabila pengendalian diri rendah, maka bisa menyebabkan perilaku negatif dan kurang dapat bertanggung jawab terhadap peran dan tugasnya (Marsela & Supriatna, 2019).
Nah, bagi peserta didik pengendalian diri berfungsi mengarahkan dan mengatur perilaku individu ke arah positif menghadapi pandemi ini. Sementara bagi masyarakat, pengendalian diri menjadi alat untuk menahan diri dengan mempertimbangkan berbagai konsekuensi setiap kondisi tertentu agar tidak berbenturan dengan aturan yang ada.
Berikut beberapa manfaat dari pengendalian diri di tengah pandemi ini. Pertama, pengendalian diri yang baik tercermin dari tingkat kepercayaan diri individu dalam mengatasi kondisi sulit semasa pandemi. Kedua, mampu menentukan keputusan yang didasarkan pada memanfaatkan kerja pola pikir.
Ketiga, pengendalian diri yang baik juga tercermin dalam kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dirinya, memiliki inisiatif untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah. Keempat, menjadi alat pengendali ketika individu mengalami stres dan ledakan emosi. Kelima, pengendalian diri yang baik juga bermanfaat untuk penguatan dasar mental dan perubahan perilaku positif.
Sikap Optimis
Pada akhirnya, individu yang memiliki pengendalian diri yang baik akan mempertimbangkan segala konsekuensi dari perilaku dan olah pikirnya untuk mengatasi permasalahan dan kondisi tertentu. Pengendalian diri yang baik akan melahirkan kepercayaan diri individu untuk memiliki keyakinan tinggi dan harapan positif akan masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian, masyarakat bisa optimis menghadapi perubahan yang tak menentu di saat pandemi Covid-19 saat ini. Ketika masyarakat optimis, roda kehidupan akan berbalik ke arah yang lebih baik.
Akhirnya, kita mesti menyadari bahwa sejatinya adanya pandemi bukan momok untuk menyerah pada keadaan, justru kita harus saling bahu-membahu melawan pandemi ini.
Bersama lawan pandemi, bisa yuk!