SURABAYA, Tugujatim.id – Banjir menjadi salah satu bencana alam yang sering terjadi di kota-kota besar seperti Surabaya. Rusaknya pemukiman, kerugian mencapai ratusan juta, timbulnya banyak penyakit, hingga tak sedikit hilangnya korbannya jiwa.
Curah hujan yang tinggi dan tersumbatnya saluran alir masih menjadi masalah utama penyebab banjir di pemukiman perkotaan.
Intensitas hujan yang tinggi berdampak pada peningkatan volume air di daratan. Sehingga, jika air tidak mampu terserap secara sempurna oleh tanah dan tidak bisa teralirkan melalui sungai atau selokan dengan baik, kondisi tersebut menjadi faktor penyebab banjir.
Untuk mencegah terjadinya banjir, baiknya dimulai dari lingkungan sekitar terlebih dahulu dengan melakukan beberapa kegiatan sebagai upaya pencegahan. Seperti yang dilakukan oleh warga RW 12 Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur. Mereka mengolah sampah kering dan basah.
“Kami punya aturan dilarang membuang sampah ke sungai dan saluran air. Kalau ketahuan sama KSH (Kader Surabaya Hebat) atau BS (Bank Sampah) jelas akan ditegur. Kami juga melarang membakar sampah, supaya udaranya tetap terjaga,” ujar Istri Ketua RW 12, Susiana.
Untuk mengolah sampah kering, RW 12 konsisten mengaktifkan Bank Sampah di semua unit yang terdapat di setiap RT. Dengan mendaftarkan diri sebagai nasabah, warga dapat menukarkan sampahnya menjadi uang.
“Tidak semua warga itu peduli sama sampah kering. Tidak sedikit dari mereka yang masih menganggap bahwa Bank Sampah itu kerjanya mulung dan dianggap mematikan rezeki pemulung. Jadi kami setiap bulan di kegiatan PKK kami mengedukasi lebih keras,” tuturnya.
Sedangkan untuk pengolahan sampah basah, Susiana mengaku hanya beberapa RT yang memiliki pengolahan khusus. Seperti pembuatan pupuk kompos melalui kompos bag, pupuk cair menggunakan komposter mini dari galon, dan magoot.
“Edukasi tentang sampah basah ini agak susah karena pakai inovasi. Tapi penginnya nanti ada lomba supaya warga semangat mengolah sampah. Kalau sampah basah, kami kemarin sempat meminta ke DLH (Dinas Lingkungan Hidup) untuk menyiapkan kompos bag dan tanaman. Supaya nanti bisa dijadikan pupuk kompos,” papar Susiana.
Selain itu, ia juga menggencarkan kerja bakti setiap bulannya dengan membersihkan sampah, sungai, dan selokan agar tidak tersumbat.
“Dulu itu pernah banjir tapi bukan disebabkan sampah tapi karena tanggul aliran sungai itu belum dibuka jadi meluber sampai ke wilayah warga,” bebernya.
Sebelumnya, RW 12 Kelurahan Mojo pada 2022 kemarin didapuk menjadi Kampung Terbaik dalam program Surabaya Smart City.