MALANG, Tugujatim.id – Sekolah film di Malang Raya memang belum ada. Padahal, warga yang bermimpi menjadi sineas harus merantau ke luar kota hingga merogoh kocek yang tak sedikit. Untungnya, saat ini akses belajar film di Malang bisa lebih terjangkau berkat Sewek Kawung yang berada di Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Melalui tangan dingin Sudjane Kenken, 40, warga asal Desa Glanggang, siapa saja yang ingin mengetahui tentang proses produksi film bisa bergabung dan langsung praktik membuat film. Tentunya harus berbekal kemauan dan disiplin yang kuat.
Untuk diketahui, Sudjane Kenken mendirikan Sewek Kawung pada 2019. Dia berharap Desa Glanggang bisa menjadi pusat studi film atau movie education center.
“Selama tiga tahun ini saya mengedukasi orang-orang Desa Glanggang, dari mulai kru sampai pemainnya,” kata pria yang akrab dipanggil Kenken ini.
Sebelum menjadi bagian dari Sewek Kawung, mereka hanyalah orang-orang biasa yang tidak punya pengetahuan dasar tentang film.
“Tapi, mereka mau belajar,” imbuh Sudjane Kenken.

Kenken, sapaan akrabnya, memiliki latar belakang sebagai sineas. Dia bekerja dengan sutradara ternama seperti Monty Tiwa dan Garin Nugroho. Sebelumnya dia menempuh pendidikan di Jurusan Teater di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
“Saya sendiri orang film. Ini sebuah bentuk dedikasi saya untuk Desa Glanggang,” kata Kenken.
Dia ingin warga di desanya bisa menciptakan suatu kreasi yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.
“Saya ingin warga kami, terutama anak-anak muda, bisa berkarya atau membuat sesuatu yang berguna bagi dia sendiri atau bahkan untuk orang lain,” tuturnya.
Kelas Film Terbuka untuk Umum
Sewek Kawung berhasil menggaet 10 anak-anak muda di Desa Glanggang untuk belajar tentang film dan memproduksi film-film pendek saat awal berdiri. Seiring berjalannya waktu, jumlah pesertanya berubah-ubah. Kadang berkurang, kadang justru bertambah. Saat ini ada 25 orang yang tergabung dalam Sewek Kawung. Mereka tak hanya berasal dari Desa Glanggang, tapi juga dari daerah lain.
Beberapa anggota yang aktif di Sewek Kawung adalah Irham, Wafa, Temon, Bima, Dian, Didit, Nofira, dan Faiza.
“Yang paling jauh ada yang dari luar Malang, tapi dia kos di Tlogomas (Kota Malang),” ujar Kenken.
Dia memang tidak membatasi Sewek Kawung hanya untuk warga Desa Glanggang. Justru dengan bergabungnya orang dari luar Desa Glanggang, dia berharap bisa belajar sesuatu dari mereka.
Kenken juga tidak membatasi usia peserta yang ingin bergabung. Asalkan dia berusia di atas 15 tahun, boleh bergabung. Sementara untuk aktor, dia membatasi di usia 8-50 tahun.

“Ini kami bicara edukasi film. Harapan dari Sewek Kawung sendiri adalah menjadi pusat edukasi film. Siapa pun yang mau belajar film, ya silakan ke Desa Glanggang,” katanya.
Bagi mereka yang baru belajar, Kenken memberikan pengenalan tentang film dan teori-teorinya.
“Kelas ini tidak seperti kelas biasa. Kami duduk di warung kopi. Belajarnya nyantai tapi ada beberapa teori yang saya sampaikan ke mereka. Teori ini adalah pegangan mereka,” jelas Kenken.
Para anggota yang tergabung pun diminta untuk memiliki kelas dan posisi yang mereka inginkan, seperti penulisan skenario, akting, penyutradaraan, dan sebagainya.
Setelah mendapat teori, Kenken lalu mengajak mereka untuk langsung praktik dan belajar menggunakan ilmu katon (belajar dengan cara mengamati).
“Misalnya anak lighting. Setiap hari dia pegang lighting. Akhirnya mereka paham semuanya,” imbuh Kenken.
Sabar Kunci Mengajar Film
Kenken mengatakan, mengajar film untuk orang-orang yang tidak punya ilmu dasar tentang film adalah sebuah tantangan. Kesabaran sangat dibutuhkan agar mereka bisa benar-benar memahami dan bekerja dengan baik.
“Mereka anak-anak yang benar-benar tidak tahu apa-apa tentang film. Akhirnya saya mengajari dengan ekstra. Harus sabar, itu yang paling utama,” ujarnya.
Kesabaran dan ketelatenan tersebut ternyata membuahkan hasil. Saat ini Sewek Kawung telah memproduksi belasan film pendek. Film-film tersebut tayang di kanal YouTube Sewek Kawung.
Tantangan lainnya adalah membangkitkan semangat anak-anak Desa Glanggang yang sempat minder karena tidak menempuh pendidikan tinggi. Dia mencoba meyakinkan 70 persen pekerja film di Jakarta tidak pernah mengenyam pendidikan dan belajar secara otodidak soal film. Meski demikian, mereka bisa menjadi bagian dari produsen film besar.

“Jadi, jangan patah semangat. Kalian itu hebat karena sudah pernah produksi film,” ujar Kenken.
Upaya Kenken mengajarkan teknis pembuatan film disambut baik oleh warga Desa Glanggang. Namun, bukan berarti dia terbebas dari cibiran. Ada saja warga yang beranggapan bahwa membuat film bukanlah hal yang bermanfaat.
“Kalau menentang sih nggak ya, tapi ada yang bilang buat apa bikin film, nggak berguna,” katanya.
Kenken sendiri meyakini apa yang dia lakukan adalah hal positif sehingga tak menghiraukan omongan-omongan negatif tersebut.
Workshop Film untuk Siswa SMK
Tak hanya mengajarkan film pada warga Desa Glanggang, Kenken juga menggelar workshop di beberapa SMK di Malang Raya. Salah satu SMK yang dia kunjungi adalah SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen.
“Kami juga sudah negosiasi dengan SMK lain, tinggal menentukan tanggalnya saja,” kata Kenken.
Di workshop tersebut, Kenken memberikan pengenalan tentang film dan fungsi film. Menurut dia, seseorang harus memahami dulu fungsi film, baru mereka akan tertarik pada film.
“Kalau tidak tertarik, walaupun sudah mengikuti workshop, akan sia-sia,” tambahnya.
Dari workshop tersebut, dia berharap ada satu dua siswa yang memiliki passion di film dan tertarik bergabung dengan Sewek Kawung.

“Mungkin teman-teman ada yang punya basic di film atau ingin belajar film atau ingin jadi sineas. Jadi, ini merupakan sebuah wadah,” kata Kenken.
Dia juga membuka kesempatan magang bagi mereka ke rumah produksi di Jakarta.
“Jadi bukan kami kasih workshop terus selesai, nggak begitu,” tegasnya.
Mimpikan Malang Jadi Kota Industri Film
Selain bermimpi menjadikan Desa Glanggang sebagai kampung dan pusat studi film, Kenken juga berharap Malang Raya bisa menjadi kota industri film seperti Jakarta dan Yogyakarta. Dia melihat Malang memiliki potensi untuk itu. Sudah banyak film yang diproduksi di Malang. Namun, dia tak menampik bahwa untuk ditayangkan di bioskop, perlu ada kerja sama dengan rumah produksi di Jakarta.
“Untuk mewujudkannya, saya harus bergerilya mencari tahu berapa komunitas film di Malang dan berapa di antara mereka yang aktif,” katanya.
Dia juga mengatakan, dirinya dan Sewek Kawung harus terus produktif agar Malang dan Desa Glanggang semakin dikenal sebagai tempat produksi film.
Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.