TUBAN, Tugujatim.id – Kisah unik dan menarik berkembang di kalangan masyarakat Tuban hingga kini. Salah satunya soal adanya sumur penggiling berusia hampir ratusan tahun peninggalan Sayyid Abdullah Asy’ari atau yang lebih dikenal Sunan Bejagung.
Tentu saja, sumur penggiling ini keramatkan oleh masyarakat Jawa. Terlebih air sumur yang bisa diambil dengan menggunakan alat giling dari batang kayu ini dipercaya mempunyai banyak khasiat untuk menyembuhkan sakit panas maupun gatal-gatal.
Berdasarkan penelusuran Tugu Jatim di lapangan, konon sumur penggiling yang memiliki kedalaman 35 meter ini terbentuk dari bekas tancapan tongkat dari Adik Syekh Ibrahim Asmaqondi yang juga ayah dari Sunan Ampel. Sumur kemudian mengeluarkan air yang sampai saat ini tidak pernah kering. Bahkan, sumur itu menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung yang ingin berziarah ke makam sang sunan.
“Banyak peninggalan dari Mbah Syekh Abdullah Asy’ari. Selain masjid dan beberapa peninggalan lain, sumur ini juga termasuk,” kata Juru Kunci Makam Sunan Bejagung bernama Darmawan, 65, saat ditemui pada Senin (12/03/2024).
Sejarah Sumur Penggiling
Kompleks makam Sunan Bejagung sendiri terletak di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Tuban, hanya berjarak 2–3 km sudah sampai di kompleks makam yang masuk salah satu cagar budaya ini.
Menurut Darmawan, khasiat air dari sumur ini juga dipercayai masyarakat sebagai media pengambilan sumpah. Nah, sumpah ini terkait tuduhan kepada seseorang untuk mencari jawaban atas kebenaran. Jadi, tidak jarang masyarakat ingin menyelesaikan sebuah masalah yang berhubungan dengan tuduhan atau fitnah dari orang lain biasanya menggunakan air itu untuk mencari jawaban.
“Ya kalau dulu dipakai perantara sumpah juga, Mas,” ucap Darmawan.
Tapi lambat laun, praktik tersebut dilarang oleh pemerintah desa setempat. Dengan menggunakan cara pendekatan kepada tokoh masyarakat dan agama, kegiatan yang seperti itu sampai saat ini sudah tidak dipergunakan lagi.
Sementara itu, petugas penggiling air sumur bernama Untung, 58, menyampaikan, masyarakat ingin mengambilnya harus dengan bantuan dari petugas. Sebab, area tersebut termasuk berbahaya sehingga yang boleh masuk hanya petugas.
Dia juga menyampaikan, dalam proses mengambil air sumur yang berusia ratusan tahun ini dengan cara manual. Timba diturunkan secara perlahan-lahan dengan penggiling terbuat dari balok kayu. Setelah sampai di dasar sumur, air diambil dan ditarik ke permukaan.
“Ini air memang sudah disabda oleh Mbah Syekh Abdullah Asy’ari dan dipergunakan untuk aktivitas warga dan santrinya,” ucap petugas yang sudah bekerja selama 12 tahun ini.
Untuk diketahui, Kabupaten Tuban merupakan sebuah daerah yang berada paling barat dari Provinsi Jawa Timur. Wilayah ini memang banyak dikenal sebagai Bumi Wali. Sebab, banyak pesarean kekasih Allah yang ada di daerah ini. Maka tidak heran, salah satu andalan defisit dari kabupaten dari dari wisata religinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Mochamad Abdurrochim
Editor: Dwi Lindawati