MALANG, Tugujatim.id – Saat ini kanal digital jadi favorit masyarakat untuk mengakses seputar informasi kesehatan dalam bentuk artikel maupun konten di media sosial. Namun nyatanya, masih ada 11,9% publik atau masyarakat yang menyebarkan berita hoax atau bohong.
Untuk mengedukasi masyarakat, Fawila Fajriazzafira, Spesialis Program Portkesmas memaparkan seberapa pentingnya memastikan informasi kesehatan yang didapatkan dari kanal digital itu tepercaya dan konkret di acara Talkshow #MakinCakapDigital, Rabu (27/07/2022). Berdasarkan survei dari data Kominfo, sebanyak 34,3% orang Indonesia berkomunikasi dan memberi informasi lewat pesan singkat dari platform media sosial seperti (Line/Telegram/WA) dan 46,1% orang menggunakan browser untuk mengakses berita kesehatan.
Dari konten-konten yang berseliweran itu, tersebar sebanyak 67,2% berita hoax yang mengandung unsur politik. Di urutan kedua, ada 46,35 konten tentang kesehatan.
“Hal-hal yang kita cari di internet belum tentu benar informasinya. Masyarakat harus memastikan hal yang didapatkan dari internet dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ujar anggota dari Portkesmas itu.
Fawila, sapaan akrabnya, juga menjelaskan, penyebaran berita hoax tentang kesehatan bisa membawa dampak negatif. Pertama, kekurangan pola hidup sehat; kedua deteksi dini yang terlambat; dan ketiga berujung terlambat ditangani.
“Misal ada artikel mengatakan sering mencuci tangan justru membuat imun jadi lemah, terus kita percaya dengan tak mencuci tangan. Terus kita jadi terserang penyakit seperti demam, sakit perut, dan diare. Lalu kita dapat artikel lain bahwa itu tidak apa-apa karena tubuh sedang melawan virus. Karena hal itu, penyakit yang seharusnya bisa dideteksi sebelumnya, akhirnya terlambat disadari. Akhirnya akan berlanjut pada penanganan terlambat yang berakibat fatal,” ujarnya.
Dia juga mendorong generasi milenial untuk berpartisipasi dalam menyebarkan informasi dan konten kesehatan meski bukan ahlinya. Perempuan itu kemudian menyebutkan syarat-syaratnya, yaitu sesuai dengan “KIAT”.
“Kita ingin mengajak anak muda bahwa untuk menyebarkan informasi kesehatan itu tidak perlu jadi expert dulu, tapi yang ditekankan adalah apa yang disebarkan itu harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ujarnya.
“KIAT” merupakan singkatan dari “K” Kenali target dan cara yang sesuai; “I” Ikuti sumber yang tepercaya; “A” Amati, tiru, dan mengedukasi; dan “T” Terapkan kaidah 3M. Kenali target dan cara yang sesuai maksudnya, pembuat konten harus bisa memilih target penonton dan pendekatan yang sesuai.
Selain itu, ikuti sumber tepercaya. Artinya, artikel yang dibaca atau dirujuk harus memiliki referensi yang resmi dan akurat, seperti website Kemenkes, Dinas Kesehatan, dan HaloDoc agar menjadi informasi yang dapat dipercaya.
Untuk amati, tiru, dan mengedukasi, yaitu pembuat konten bisa mengamati poster atau infografik tentang kesehatan, lalu meniru informasi sesuai kekreativitasan tanpa plagiasi dengan cara tetap mencantumkan sumber. Terakhir, terapkan 3M, mudah dibaca, menggunakan bahasa yang tepat, dan menyesuaikan tujuan dan konteks.
Untuk diketahui, Talkshow dan Workshop Malang #MakinCakapDigital digelar atas kerja sama antara Tugu Media Group, ICT Watch, Relawan TIK, Portkesmas, APJII, Suara.com, Siber Kreasi, dan Kementerian Kominfo.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim