Surabaya – Seorang tenaga kesehatan di Surabaya mengalami perlakuan tidak terpuji saat menjemput pasien positif virus corona. Sebab, pakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang ia kenakan itu dilempari kotoran oleh keluarga pasien yang tak terima keluarganya dijemput untuk diisolasi.
Akibat peristiwa tersebut, foto APD tenaga kesehatan yang mendapat perlakuan kurang mengenakkan tersebut menjadi viral di berbagai platform media sosial.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kabag Humas Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara. Ia membeberkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di Rusun Bandarejo, Sememi, Surabaya, pada tanggal 29 September.
“Jadi kronologinya, tanggal 23 September, Pemkot menggelar swab test di rusun tersebut. Kemudian hasilnya keluar 28 September,” ujar Febri kepada Basra, partner Tugu Jatim, Kamis (1/10).
Dari hasil tes swab tersebut, lanjut Febri, petugas Puskesmas lantas melakukan tracing atau pelacakan kepada pasien dengan inisial Mr X tersebut. Dan ternyata dia memiliki komorbid sehingga harus dibawa ke rumah sakit rujukan.
Saat tenaga kesehatan hendak menjemput Mr X yang terdeteksi positif corona inilah peristiwa tak terpuji tersebut terjadi. Keluarga, terutama istri dan anak keduanya, menolak pasien tersebut dievakuasi.
Saat petugas kesehatan hendak membawa Mr X menuju ambulans, anggota keluarga pasien yang menolak lantas melempari kotoran pada APD yang dikenakan nakes.
Sementara itu tenaga kesehatan yang mengalami kejadian tak terpuji tersebut tak melakukan perlawanan sedikitpun.
“Keluarga tidak terima, terus lempar kotoran ke baju hazmat petugas,” imbuh Febri.
Febri mengatakan Pemkot akhirnya melakukan mediasi antara Satgas COVID-19, pihak Kecamatan, dengan anak pertama pasien tersebut.
Karena sudah menemui kata sepakat, petugas pun akhirnya membawa pasien tersebut untuk dirawat di rumah sakit. Kini pasien tersebut sedang menjalani perawatan di RS BDH.
Dikatakan Febri, jika pada hari Rabu (30/9) lalu seluruh keluarga pasien tersebut telah di-swab.
Febri berharap kejadian tersebut tak terulang. Kesadaran bersama menjadi poin penting dalam situasi pandemi seperti sekarang.
“Ini demi kebaikan bersama, agar bisa terus memutus mata rantai penyakit ini,” simpul Febri. (Basra/gg)
Sumber Artikel: Berita Anak Surabaya (Basra)