BOJONEGORO, Tugujatim.id – Perajin batik asal Desa Guyangan, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, bernama Nurul Kholifah berhasil menciptakan batik dengan motif baru yang diberi nama “Teksas Wonocolo” kali pertama. Bersamaan dengan peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh pada Sabtu (02/10/2021), dia ingin memperkenalkan karyanya tersebut.
Teksas Wonocolo diangkat dari tambang minyak legendaris yang masih menggunakan peralatan tradisional. Sumur tambang minyak ini merupakan peninggalan Belanda yang berada di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro.
“Saya angkat ciri khas di Bojonegoro yang tidak ada di daerah lain, yaitu tambang minyak tradisional ini,” kata Nurul Kholifah.

Dia mengatakan, ide tersebut diperoleh ketika sering melewati tambang tersebut saat akan mengajar. Nah, kesempatan itu dia gunakan untuk melihat dan mengamati, kemudian dijadikan motif batik miliknya.
“Saya amati, kemudian disimpan di otak, sampai di rumah baru saya coba membuat polanya,” kata dia.
Tujuannya membuat motif baru tersebut akhirnya berhasil, terbukti dari gambar sumur tambang minyak yang mudah dikenali banyak orang.
“Saya tanya ke teman-teman untuk menebak motif baru ini, ternyata mereka tahu kalau ini tambang sumur minyak Wonocolo. Artinya, saya tidak perlu menjelaskan, tapi motif ini sudah bisa dikenali masyarakat,” sambungnya.
Nurul telah memulai membuat motif Teksas Wonocolo ini sejak 7 bulan lalu dan sudah menghasilkan tujuh lembar kain batik dengan motif Teksas Wonocolo pertama. Namun, saat ini sudah ludes terjual hingga menyisakan satu lembar kain batik tulis motif Teksas Wonocolo.
Dia menjelaskan, kebanyakan pembeli datang dari luar daerah Bojonegoro, beberapa di antaranya minta untuk sekalian dijahit sebagai baju dan sisanya dibeli berupa lembaran kain.
Dalam memasarkan produknya, Nurul menggunakan dua teknik produksi, yaitu batik tulis dan batik cap. Untuk menyelesaikan batik tulis membutuhkan waktu sebulan dengan banderol harga sekitar Rp 450 ribu-Rp 800 ribu. Sementara batik cap yang membutuhkan waktu 5 hari, dia jual dengan harga sekitar Rp 75 ribu-Rp 170 ribu. Selain motif Teksas Wonocolo, Nurul juga telah membuat motif lain, yakni batik ecoprint dan motif Pinarak Bojonegoro.