MALANG, Tugujatim.id – Bupati Malang Muhammad Sanusi sempat mengembuskan rencana pembangunan pabrik kelapa sawit di Malang Selatan. Ternyata hal itu memantik protes dari Profauna.
Lembaga independen non profit berjaringan internasional yang bergerak di bidang perlindungan hutan dan satwa liar ini mengatakan jika penanaman kelapa sawit secara jumlah besar akan berakibat pada mengeringnya sumber air di Malang Selatan.
“Pohon sawit ini kan rakus terhadap air. Jadi, dampaknya secara langsung ke sumber air. Dan di Malang Selatan ini rawan kekeringan saat musim kemarau,” terang Ketua Profauna Indonesia Rosek Nursahid saat dikonfirmasi pada Jumat (26/03/2021).
Selain itu, menurut Rosek, kelapa sawit akan mengancam keragaman flora dan fauna.
“Kelapa sawit ini kan bersifat homogen sehingga mengancam keragaman flora dan fauna di Malang Selatan. Hal ini akan membuat perubahan iklim karena pohonnya homogen,” ujarnya.
Rosek bahkan mencontohkan jika daerah-daerah yang menanam sawit secara berlebih membuat dampak lingkungan yang serius.
“Di luar Jawa, kelapa sawit memiliki dampak lingkungan yang serius seperti keanekaragaman hayati yang menurun. Jadi, pemerintah harus berhati-hati dan memikirkan kembali keputusan tersebut,” tegasnya.
Rosek bahkan menegaskan jika keanekaragaman hayati di Malang Selatan sebenarnya sudah mulai rusak akibat pembangunan jalur lintas selatan (JLS).
“Hutan dan fauna di Malang Selatan sudah terdegradasi dengan adanya pembangunan JLS, apalagi sekarang ada wacana penanaman kelapa sawit tambah akan seperti apa,” ucapnya.
Sekali lagi, Rosek mempertanyakan urgensi pemerintah terkait rencana penggalakkan penanaman kelapa sawit. Padahal, menurut dia, pemerintah bisa menggalakkan penanaman tanaman lain untuk peningkatan potensi wisata.
“Ada lebih banyak potensi di Malang Selatan yang ramah lingkungan, contohnya pengembangan wisata alam dan penanaman pohon buah-buahan yang punya nilai ekonomis tinggi,” ujarnya. (rap/ln)