MALANG – Panik menghadapi virus corona yang sedang merebak, ternyata berpotensi mempengaruhi kesehatan psikologi seseorang. Hal tersebut diucapkan Pakar Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), M Salis Yuniardi PhD. Dia mengatakan, dalam situasi ini masyarakat tidak boleh panik. Lantaran dapat memicu timbulnya penyakit baru.
“Dari kajian psikofisioneurologi menunjukkan bahwa stress menghasilkan corticosteroid yang menekan produksi atau jumlah lymphocytes atau limfosit atau sel darah putih yang merupakan antibodi kita menghadapi virus, bakteri dan penyakit,” terangnya.
Lanjut Salis, panik dan stres dalam menghadapi situasi seperti ini, tidak membantu menyelesaikan virus corona tetapi malah memperburuk keadaan. Dalam menghadapi kasus ini, masyarakat dihimbau untuk menjaga kesehatan, kebersihan, mempelajari virus corona, mengikuti himbauan dari pemerintah, mengabaikan berita hoax dan tidak menjadi bagian yang meresahkan masyarakat.
“Kita sendiri bisa mencegah agar virus tidak menyerang tubuh kita dengan mengikuti beberapa pola kesehatan yang sudah dianjurkan. Mengurangi intensitas untuk berlibur dan mengunjungi tempat publik jika tidak ada kepentingan. Memperbanyak menambah pengetahuan dengan membaca penanganan virus tersebut,” jelas ketua HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) cabang Malang Raya itu.
Sementara itu, Salis menambahkan, sebagai masyarakat yang beragama, tentunya harus lebih mendekatkan diri pada Tuhan, sebab hal ini bisa membantu untuk mengurangi rasa cemas atau menenangkan diri. “Ya jadikan hal ini sebagai hikmah. Misalnya sebagai kesempatan untuk lebih belajar hidup sehat dan higienis selain kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga,” bebernya.
Sesuai dengan anjuran pemerintah terhadap anak sekolah untuk melakukan pembelajaran di rumah, sebaiknya hal ini dilakukan dengan hal- hal yang positif dan menambah pengetahuan. Sebagai orang tua, dianjurkan untuk berkreasi membuat aktifitas sehingga keluarga tidak merasa jenuh meskipun di rumah.
“Kurang lebih 2 minggu belajar di rumah anak-anak dilarang untuk pergi ke mall atau rekreasi. Makanya orang tua harus memberikan energi positif agar anak tidak merasa bosan,” tuturnya.
Dekan Psikologi UMM itu menegaskan jika pembelajaran yang dilakukan di rumah bukan libur sekolah. Jadi, masyarakat harus terus mematuhi anjuran pemerintah dengan mengurangi aktivitas sosial yang tidak penting.
“Menambah pengetahuan selama dirumah, membaca berita di sosial media tetapi harus yang jelas sumbernya agar tidak menimbulkan panik,” pungkasnya.
Reporter: Rezza Doa
Editor: Lizya Kristanti