Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin nilai ekspor bahan mentah khususnya batu bara semakin tinggi. Pihaknya meminta agar batu bara diolah terlebih dahulu sebelum dijual ke luar negeri. Yakni diolah menjadi briket, bentuk cair, hingga bentuk gas.
Hal itu disampaikan Jokowi pada rapat terbatas (ratas) terkait Percepatan Peningkatan Nilai Tambah Batu Bara yang digelar secara virtual, Jumat (23/10/2020) pagi.
Baca Juga: Prekuel Game of Thrones Akan Rilis Tahun 2022, Fokus ke Cerita Keluarga Targaryen
“Pagi hari ini akan kita bicarakan mengenai percepatan peningkatan nilai tambah batu bara. Sebelumnya saya ingin mengingatkan bahwa kita semua harus bergeser dari negara pengekspor bahan-bahan mentah, dan salah satunya adalah batu bara, menjadi negara industri yang mampu mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau pun barang setengah jadi. Ini saya kira strategi besar yang kita harus konsisten untuk menjalankannya,” ujar Jokowi membuka ratas tersebut.
Di situlah dirinya ingin agar bahan mentah tersebut harus ditingkatkan agar tak nilai ekspor ke luar negeri juga meningkat.
“Kita harus bergerak untuk pengembangan industri turunan dari batu bara. Mulai dari industri peningkatan mutu (upgrading), kemudian pembuatan briket batu bara, kemudian pembuatan kokas, kemudian pencairan batu bara, kemudian gasifikasi batu bara sampai dengan campuran batu bara air,” beber Jokowi.
Jokowi yakin jika hal tersebut dilakukan, maka keuntungan Indonesia di bidang bahan bakar dan energi ini akan semakin berlipat.
“Saya yakin dengan mengembangkan industri turunan ini kita akan mampu meningkatkan nilai tambah dari komoditas berkali-kali lipat. Mengurangi impor bahan baku yang dibutuhkan beberapa industri dalam negeri. Seperti industri baja, industri petrokimia, dan yang tidak kalah pentingnya tentu kita bisa membuka lapangan pekerjaan yang sebanyak-banyaknya,” paparnya.
Baca Juga: Libur Panjang, Tito Minta Warga di Zona Merah untuk Beres-Beres Rumah Saja
Oleh karena itu, dirinya meminta sebuah roadmap optimalisasi pemanfaatan batu bara dalam negeri betul-betul dipercepat kepada para menterinya. Di mana Indonesia harus menentukan strategi menentukan target produk hilir yang akan dikembangkan.
“Sehingga jelas arah mana yang ingin kita tuju. Berapa banyak yang akan diubah menjadi gas? Berapa banyak yang ingin kita ubah menjadi produk petrokimia? Kemudian juga pemetaan kawasan yang dapat dikembangkan untuk melakukan hilirisasi industri batu bara ini ada di mana saja sehingga menjadi jelas, ke depan strategi besar kita ini seperti apa? Pastikan wilayah yang memiliki cadangan sumber batu bara yang cukup untuk menjamin pasokan kebutuhan batu bara dalam proses hilirisasi ini!,” bebernya.
Ia menyatakan terdapat beberapa prioritas yang bisa dikerjakan. Yakni seperti program gasifikasi batu bara atau DME (dimethyl ether); gasifikasi batu bara menjadi syngas (synthetic gas/gas sintesis); industri petrokimia serta dimethyl ether (DME) yang sangat penting sebagai substitusi dari LPG (liquefied petroleum gas).
Baca Juga: Gambar Kucing Raksasa Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gurun Pasir Nazca, Peru
Dengan begitu, ia juga ingin dengan hasil industri batu bara yang telah diolah ini juga otomatis bisa mengurangi impor LPG.
“Di mana kita tahu, LPG kita ini masih impor. Sehingga (dengan hilirisasi, red) bisa mengurangi impor LPG kita,” pungkas Jokowi. (gg)