TUBAN, Tugujatim.id – Setelah merayakan Idulfitri, warga di Tuban, Jawa Timur, tidak hanya menikmati keseruan dan kebahagiaan tapi juga mempraktikkan tradisi unik yang telah diwariskan turun temurun dari nenek moyang mereka, yang dikenal sebagai kupatan. Tradisi ini tidak hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan simbol budaya dan identitas lokal yang kental.
Salah satunya tampak di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, warga sekampung berendam bersama di laut untuk menolak bala. Tradisi ini dilakukan setelah menggelar doa bersama di depan Masjid Makam Asmoroqondi, di desa setempat. Usai doa bersama, mereka sarapan dengan sajian ketupat yang telah dibawa dari rumah masing-masing.
Hj Lastriati, 65, warga setempat mengatakan, dia sengaja ikut tradisi ini bersama anak dan cucunya. Tradisi yang sudah berjalan sejak dia kecil dengan mandi di laut ini setelah tradisi kupatan di masjid berdoa bersama, lalu sarapan, dan mandi berendam bersama di laut.
“Tradisi dus-dusan atau mandi di laut bersama sekampung ini sudah sejak dulu, Mas,” ucapnya.

Dia juga mengatakan, berendam di laut ini selain tolak bala juga dipercaya menghilangkan sakit pegal linu maupun gatal-gatal pada kulit.
“Ya menghilangkan linu, rematik juga pegal-pegal, Mas,” ucapnya.
Tidak hanya orang tua, anak-anak pun tampak menikmati suasana hangat air laut. Sejumlah pelampung hingga mainan dibawa untuk bisa bermain di bibir pantai desa setempat.
“Ini bareng anak, Mas. Mereka suka banget mainan di pantai. Juga mengenalkan tradisi ke mereka. Kalau sudah kupatan ada tradisi dus-dusan bareng,” kata Yanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Mochamad Abdurrochim
Editor: Dwi Lindawati