Tugu Media Goes to Campus Kupas Tuntas Cara Menggali Data lewat Wawancara Jurnalistik
Gigih Mazda

SURABAYA, Tugujatim.id – Pelatihan jurnalistik yang digelar Tugu Media Group dan PT Paragon Technology and Innovation yang diikuti 4 perguruan tinggi negeri (PTN) di Surabaya, Tugu Media Goes to Campus, Senin (24/5/2021), mengupas tuntas cara dan teknik wawancara sebagai proses untuk menggali data.
Hal itu dibahas tuntas oleh wartawan senior sekaligus Koordinator Liputan Tugumalang.id, grup Tugu Jatim, Sujatmiko. Ia menerangkan bahwa tujuan wawancara merupakan cara untuk konfirmasi, penyeimbang, pelengkap data, dan mendorong narasumber untuk mengungkapkan fakta.
“Wawancara itu untuk menghindari hal-hal yang menjadi data tidak lengkap. Ada wawancara langsung dan tidak langsung, bisa lewat WhatsApp, telepon, teknologi maju bisa konfirmasi melalui pesan teks atau chat,” terangnya dalam acara Tugu Media Goes to Campus, Senin (24/05/2021).
Sebatas diketahui, Tugu Media Group, perusahaan yang membawahi Tugujatim.id dan Tugumalang.id bekerja sama dengan PT Paragon Technology and Innovation yang merupakan pabrik kosmetik berlabel halal terbesar di Indonesia—meliputi Wardah, Emina, Make Over, Putri dan Kahf menginisiasi program pelatihan jurnalistik dan fotografi bertajuk ‘Tugu Media Goes to Campus’.
Tugu Media Goes to Campus kali ini digelar di 4 perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Surabaya, seperti Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Selain itu, terang Sujatmiko, juga menerangkan jenis-jenis wawancara yang meliputi wawancara berita, pribadi, ekslusif, sambil lalu, jalanan, tertulis dan ‘doorstop’. Terlebih, sebelum wawancara jurnalis perlu menyiapkan topik dan memahami persoalan sebelum wawancara.
“Persiapan wawancara menentukan topik atau masalah, memahami masalah yang ditanyakan, wawancara yang baik dan tidak berangkat dengan kepala kosong. Menyiapkan pertanyaan, menentukan narasumber, membuat janji dengan narasumber,” bebernya.
Sujatmiko juga menegaskan bahwa pelaksanaan wawancara perlu datang tepat waktu, perhatikan penampilan, mengenalkan diri dan menerangkan maksud kedatangan. Hal itu penting, jelas Sujatmiko, agar narasumber dapat menerima kedatangan jurnalis.
“Pelaksanaan wawancara datang tepat waktu, perhatikan penampilan, kenalkan diri, kemukakan maksud kedatangan, awali dengan menanyakan biodata narasumber, catat dan jangan terlalu mengandalkan recorder, ajukan pertanyaan ringkas, jadi pendegar yang baik,” sambungnya.
Ketika selesai wawancara, imbuh Sujatmiko, supaya tidak keliru, kita bisa pegang catatan dan berikan pada narasumber untuk menulis nama dan sekalian nomor handphone beliaunya. Karena momen itu, seringkali dilewatkan oleh jurnalis.
“Menulis di ‘booknot’e juga penting, karena mencatat poin penting. Ada teknik coretan, kode itu kita yang tahu. Psikologisnya saat kita mengandalkan tape, kita tidak punya frame untuk membawa berita itu ditulis,” pungkasnya.