MALANG – Novel karya Yusri Fajar Tamu Kota Seoul baru terbit Desember 2019 lalu. Ini merupakan novel pertama yang ditulisnya. Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (UB) ini pun menceritakan proses kreatifnya, Rabu (26/2). Acara tersebut dikemas dalam bincang buku Tamu Kota Seoul bersama dosen Sastra Inggris UB Dyah Eko dan Fathul H. Panatapraja.
Yusri menceritakan Jagat, tokoh dalam novelnya, yang diundang mengajar Sastra Indonesia di Seoul. Rintangan muncul sebelum keberangkatan. Beberapa orang yang memiliki latar belakang organisasi berbeda dengan Jagat menentang dan menghalangi kepergian Jagat. Mereka berusaha menghentikan langkah Jagat dan menggagalkan surat ijinnya.
Di Seoul Jagat berjumpa dan bertetangga dengan perempuan bernama Myung Hee, seorang dosen Sastra Korea, yang piawai menulis karya sastra namun didera masalah rumah tangga hingga hatinya penuh luka. Kehadiran Jagat membuat Myung Hee merasakan hidupnya mulai dihiasi harapan dan kebahagiaan lagi. Sementara, adaptasi Jagat pada kehidupan dan dunia kampus di Seoul tak bisa dilepaskan dari peran dan kebaikan Myung Hee.
Mereka menjadi dekat dan sempat berkolaborasi dalam mata kuliah sastra bandingan Indonesia-Korea yang bertema politik. Sebagai dosen tamu, Jagat merasakan pahit getir kehidupan dan sistem akademik yang tak seindah puisi romantis dan tak seidealis novel-novel politik yang diajarkannya. Beberapa mahasiswanya melampiaskan ketidakpuasaan karena nilai kuliah, yang Jagat berikan, mengecewakan.
Bahkan, Jagat sempat terancam deportasi di awal-awal kedatangannya, karena ia dianggap melanggar aturan pemerintah Korea Selatan. Jagat dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai sang liyan oleh beberapa orang Korea yang marah dan benci padanya, seperti oleh seorang gadis Korea yang menuduh Jagat telah menjadikannya sebagai objek.
Badai makin kencang ketika Kanti, istrinya, memaksa pulang ke Indonesia, dan Puitikawati, anaknya, bertahan di Seoul, tetapi tergulung gelombang K-Pop dan rindu pada Dong Hun, mahasiswa Korea, yang mulai menempati relung hatinya, namun meninggalkannya demi mengikuti wajib militer. Puitikawati juga memprotes kedekatan Jagat dengan Myung Hee.
Jalan Jagat sebagai dosen tamu di Seoul ternyata penuh liku. Ia berada di antara ketidaknyamanan sebagai pendatang dan tanggung jawab serta tugas sebagai dosen tamu. Jagat menyimpan tanya apakah ia akan bisa melanjutkan hidup dan terus mengajar sastra di Seoul atau harus pulang ke Indonesia.
Reporter: Rezza Doa
Editor: Lizya Kristanti