Kenyataan ini membuat Yasona mengklaim jika program asimilasi tersebut telah sukses. “Bisa dibilang program ini berhasil, karena program asimilasi diapresiasi warga binaan. Bahkan ada yang berkontribusi membagikan masker dan menbuat hand sanitizer,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Yasonna juga mengapresiasi dibangunnya Sarana Asimilasi dan Edukasi bagi narapidana asimilasi. “Saya mengucapkan terimakasih pada seluruh jajaran Kemenkumham, Kakanwil, Kalapas dan Bupati Malang yang memberikan perhatian khusus pada SAE,” terangnya.
Karena SAE ini adalah sarana untuk mengangkat derajat warga binaan. “Sarana ini bermanfaat untuk mengangkat derajat earga binaan agar dapat kembali pada masyarakat. Karena di sinilah disiapkan untuk membangun keahlian untuk bersaing di masyarakat,” ujarnya.
Yasonna menjelaskan jika tidak semua narapidana bisa dimasukkan SAE. “Tida semua bisa mengikuti, mereka harus ikut sidang seleksi untuk masuk kesini. Saya melihat secercah senyum dan harapan dari mereka,” ungkapnya.
“Hari ini saya lihat mereka membangun dan memainkan band, artinya mereka orang yang mampu diberdayakan. Bahkan produk dari lapas ada yang diekspor ke luar negeri untuk bekerja di puhak ketiga,” sambungnya.
Selain komentar mengenai program asimilasi, ia juga mengungkapkan bahwa para napi yang dikatakan tersesat, dan sebenarnya tidak ada manusia yang sempurna. “Karena kita tidak ada yang terlepas dari dosa. Mereka yang melanggarnya hukum kita bina dalam pendidikan moral untuk kembali pada masyarakat dan bergina bagi negara,” tegasnya.
Yasonna juga menjelaskan arti slogan SAE yaitu ‘Bertato’ yang artinya berjanji kita akan tobat. “Kita yarus mengangkat detajat mereka, karena kita tetap memberikan labeling maka mereka bisa kembali tersesat,” ucapnya