Tugujatim.id – Sampah memang menjadi salah satu permasalahan yang sulit diatasi, apalagi di lingkungan rumah tangga. Tapi, kamu tidak perlu bingung karena ada cara mengelola sampah organik agar bermanfaat.
Untuk diketahui, jumlah sampah di negara ini sangatlah besar. Berdasarkan dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbulan sampah pada 2023 mencapai 33,6 juta ton/tahun yang diinput dari 307 kabupaten/kota se-Indonesia, dan 49,7 % bersumber dari sampah rumah tangga.
Tidak dipungkiri limbah rumah tangga rata-rata merupakan sampah organik. Karena itu, jika tidak terkelola dengan baik maka akan berefek buruk pada kita sendiri.
Tips Pengelolaan Sampah Organik
Sampah organik berasal dari alam dan akan kembali ke alam atau mudahnya dapat mengalami pembusukan secara alami. Di antaranya sayuran, makanan hewani, buah-buahan.
1. Pengelompokan Jenis-Jenis Sampah
Langkah awal kita mengelompokkan jenis sampah dulu. Sampah secara garis besar dibagi menjadi tiga golongan, yaitu sampah organik, anorganik, dan B3.
Sampah organik ialah sampah yang dapat busuk dengan sendirinya. Sedangkan sampah anorganik tidak bisa mengalaminya dan harus dengan campur tangan manusia, seperti plastik, logam, besi. Untuk sampah B3, barang yang mengandung racun dan berbahaya, seperti aki, infus, suntik, dan barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Sampah organik sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu sampah basah dan sampah kering. Sampah basah terdiri dari sisa makanan, buah-buahan, dan sayuran. Sedangkan sampah kering mencangkup daun-daunan.
2. Menerapkan Prinsip 3R
Kosep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) diharapkan kita lakukan untuk mewujudkan dunia yang lebih baik, karena hal ini dapat mengurangi volume sampah yang produksi. Walaupun sampah organik dapat membusuk dengan sendirinya, konsep ini masih berlaku untuk kita mengfungsikannya menjadi pupuk kompos hingga pakan maggot.
3. Sebagai Pakan Maggot
Bagi segelintir orang istilah maggot sedikit asing. Jadi maggot adalah larva dari hermetia ilucens atau bisa disebut black soldier fly. Jenis serangga ini bukan asli Indonesia tetapi berasal dari hutan Amazon.
Maggot dikenal rakus, segala makanan organik dapat dimakan. Dan dia mengandung protein tinggi yang sangat cocok untuk bahan baku pakan. Hal ini bisa menjadi alternatif kita mengurangi volume sampah organik, di lain sisi maggot dapat kita jual. Lingkungan nyaman plus nambah cuan.
4. Membuat Komposter
Tips selanjutnya tergolong mudah, dan gampang kita cari sumbernya terkait edukasi pembuatan kompos, baik dari organik basah maupun kering. Seperti biopori, loeseda (lodong sesa dapur), komposter drum, komposter karung, komposter pot atau gerabah, keranjang takakura, dan eco enzyme.
Sebagai informasi, teknik di atas diterapkan dengan menggabungkan sampah organik basah dan kering, perbandinganya 60% basah, 40% kering.
5. Pemisahan Sampah Organik Hewani
Pembuatan komposter akan tidak maksimal ketika ada unsur hewani dalam sampah organik yang akan dilakukan. Unsur itu berupa duri ikan, tulang bebek, dan lain sebagainya.
6. Memakai Barang yang Tahan Lama
Pemakaian barang sekali pakai memang terkesan simpel dan gampang. Tetapi pelaksanaan itu berimbas pada lingkungan secara langsung. Bagaimana bisa? Tentu bisa karena pemakaian barang sekali pakai tidak berimbang antara fungsi dan akibatnya.
Contohnya sedotan minuman, digunakan lalu dibuang, tidak dapat difungsikan lagi. Akibatnya, sedotan dibuang.
Barang ini berasal dari plastik yang sangat lama penguraiannya atau malah tidak bisa terurai. Tidak imbang bukan?
Selayaknya manusia harus menjaga kelestarian lingkungan dengan mengganti barang sekali pakai menjadi barang yang dapat dipakai berkali-kali, seperti memakai sedotan bambu. Memang terkesan rumit, tetapi berimbang dengan efeknya, yang mana peredaran sampah yang tidak dapat terurai berkurang, juga memajukan UMKM, home industri dalam negeri.
Marilah melangkah mulai dari diri kita sendiri, kalau lingkungan sakit pasti kita ikut sakit. Jangan malah kita selalu menyalahkan keadaan, kalau kotor dibiarkan saja? So, tetap mau membuang sampah tanpa mengolahnya terlebih dulu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Muhammad Wahib Ali/Magang
Editor: Dwi Lindawati