PASURUAN, Tugujatim.id – Blangkon Jawa Timur jadi salah satu simbol budaya Indonesia yang khas dan elegan. Dikenal dengan bentuknya yang unik, blangkon telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa, termasuk Jawa Timur.
Blangkon memiliki sejarah panjang yang bisa ditelusuri hingga zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia. Meski kemunculannya yang pertama tidak dapat diidentifikasi dengan pasti, blangkon diperkirakan sudah ada pada masa Kerajaan Majapahit yang berkuasa di Jawa pada abad ke-13. Saat itu, blangkon digunakan sebagai simbol status sosial yang tinggi.
Desain blangkon juga bisa menjadi ciri khas dari daerah tertentu di Jawa Timur. Blangkon tidak hanya sekadar aksesori mode, tapi juga memiliki makna yang dalam budaya Jawa Timur.
Biasanya, blangkon digunakan dalam acara-acara penting seperti pernikahan, upacara adat, dan pertunjukan seni tradisional. Blangkon juga menjadi simbol kesetiaan terhadap tradisi dan identitas budaya Jawa Timur.
1. Blangkon Isyana Kabupaten Pasuruan
Blangkon Isyana ini sekilas namanya mirip dengan salah satu penyanyi wanita papan atas di Indonesia.
Namun jangan salah sangka, blangkon khas Kabupaten Pasuruan ini tidak ada kaitan sama sekali dengan penyanyi Isyana Saraswati.
Nama blangkon Isyana sendiri diambil dari nama salah satu dinasti yang didirikan oleh empu sendok di era Kerajaan Medang atau lebih dikenal Mataram Kuno. Di mana saat Empu Sendok diangkat sebagai raja, dia mendapat gelar Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa dengan dinastinya yang dinamakan dinasti Isyana.
Blangkon Isyana ini punya ciri khas yang sangat berbeda dengan blangkon lainnya. Blangkon Isyana terbuat dari kain yang seluruhnya berwarna putih polos. Blangkon ini juga memiliki kuncir yang memanjang di kedua sisi bawahnya sehingga sekilas terlihat mirip dengan serban.
Sedikit aksen batik warna cokelat hanya terlihat di aksesori lilitan kain di sisi kiri dan kanan blangkon.
Nah, blangkon Isyana ini merupakan hasil kreasi dari tangan Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf dan sudah dipatenkan jadi blangkon khas Kabupaten Pasuruan.
2. Blangkon Warok Ponoragan
Blangkon Jawa Timur yang lain adalah blangkon Warok Ponoragan. Ini merupakan blangkon khas dari Kota Ponorogo. Blangkon ini sering kali dipakai oleh sosok warok dalam tradisi Reog Ponorogo.
Blangkon Warok Ponoragan ini punya ciri khas yakni warnanya yang didominasi oleh hitam. Aksen batik berwarna putih hanya terlihat di lipatan kain sisi kiri dan kanan blangkon.
Motif batik yang menghiasi blangkon ini adalah motif gadung melati khas Ponorogo, Surakarta, dan Yogyakarta. Blangkon warok Ponoragan ini juga mempunyai mondolan atau tonjolan di bagian belakang seperti halnya blangkon gaya Yogyakarta dan Surakarta.
3. Blangkon atau Udeng Tutup Masin Tuban
Blangkon Tutup Masin atau lebih sering dikenal sebagai Udeng Tutup Masin ini adalah penutup kepala khas Tuban. Dinamakan tutup masin karena model udeng ini mirip dengan tutup tempat fermentasi ikan yang banyak ditemukan di pesisir pantai utara Tuban.
Tidak heran jika udeng tutup masin ini sangat kental dengan ciri khas budaya Tuban. Pemerintah setempat bahkan mengesahkan dan mengakui udeng tutup masin ini sebagai milik dan identitas Kabupaten Tuban.
Udeng tutup masin ini biasanya dihiasi motif corak batik yang mencolok di seluruh bagian kainnya. Adapun motif batik yang sering dipakai sebagai kain dasar Udeng Tutup Main adalah batik Gedog.
Tidak seperti blangkon khas Yogyakarya atau Surakarta, blangkon atau udeng Tutup Masin ini tidak punya mondolan di bagian belakang.
4. Blangkon Ublank Jember
Ublank merupakan penutup kain khas Jember yang memadukan dua unsur budaya daerah. Ublank merupakan singkatan dari udeng dan blangkon.
Udeng sendiri merupakan istilah penutup kepala dalam adat Madura, sementara blangkon adalah penutup kepala yang kental ada Jawa.
Karena itu, Ublank Jember ini merupakan salah satu wujud dari budaya pendhalungan atau akulturasi antara budaya Jawa dan Madura. Ublank sendiri awalnya identik digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah di pinggiran Kota Jember.
Namun belakangan ini, bermunculan para perajin yang mengkreasikan Ublank agar lebih modern.
Salah satunya dengan menciptakan Ublank dengan kain batik dengan motif dan warna-warna yang terang dan mencolok. Seperti warna merah, hijau, kuning, ataupun biru.
Motif asli Ublank sendiri didominasi batik motif tembakau khas Jember. Namun, banyak pula perajin yang menggabungkannya dengan motif batik daerah lain, seperti motif gajah oleng Banyuwangi dan batik mega mendung Jawa Barat.
5. Udheng Madura
Udheng adalah kriya budaya penutup kepala khas dari suku Madura. Udheng Madura sendiri dipercaya sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit. Di mana udheng Madura adalah hasil pencampuran antara budaya Hindu dengan Islam.
Udheng Madura juga punya bentuk yang berbeda-beda yang menggambarkan strata sosial masyarakat.
Udheng bangsawan memiliki kain penutup rambut di bagian atas.
Selain itu, punya bentuk lipatan siku segitiga yang khas, yakni siku di sebelah kanan yang lebih tinggi daripada sisi kiri. Siku yang lebih tinggi ini menandakan bahwa kedudukan sosial orang tersebut lebih tinggi daripada warga pada umumnya. Ditambah pula siku segitiga kecil di bagian belakang yang seperti bulu ayam.
Sementara udheng untuk rakyat biasa hanya terbuat dari dari lipatan kain memutar tanpa ada penutup atas kepala. Udheng rakyat juga punya dua lipatan siku yang berdiri sama jajar di bagian belakang yang disebut “Totkala” atau buntut kalajengking.
Udheng juga punya ciri khas simpul mati di bagian belakang berbentuk mirip dengan huruf lam alif yang menyimbolkan pengakuan akan keesaan Allah. Udheng Madura biasanya didominasi oleh warna merah dengan corak batik warna hitam.
6. Blangkon Pacul Gowang Sidoarjo
Blangkon Pacul Gowang dengan nama unik adalah penutup kepala khas Sidoarjo. Secara bentuk, Blangkon Pacul Gowang ini lebih condong ke arah model udheng dari Madura.
Hanya saja, punya ciri khas yakni penutup rambut atau kepala bagian atas yang hanya menutupi setengah dan memiliki lubang. Karena itu, blangkon ini dimakan pacul gowang karena bentuk atasnya yang mirip dengan pacul atau cangkul yang sudah berlubang.
Blangkon Pacul Gowang ini juga memiliki warna yang cenderung mencolok seperti merah, hijau, hingga kuning. Dengan variasi corak batik khas Sidoarjo yakni batik beras utah kembang bayeng rawan wungu dan bunga kenanga.
7. Udheng Ki Togo Bondowoso
Udheng Ki Togo khas Bondowoso ini juga merupakan blangkon Jawa Timur perpaduan antara budaya Islam dan Jawa. Nama udheng Ki Togo sendiri diambil dari tokoh ulama Islam di Bondowoso, yakni Kiai Togo Ambar Sari.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Drama China Terbaru Rating Tertinggi 2023, Hidden Love Bikin Gamon Penonton
Udheng Ki Togo ini punya ciri tonjolan di bagian depan, kemudian kain bagian kanan kirinya dilipat.
Lilitan kain di bagian depan ini berbentuk seperti serban atau penutup kepala khas muslim yang dipakai Kiai Togo.
Bagian sampingnya memiliki lipatan siku segitiga yang bermakna penggunanya punya jiwa layaknya gunung yang kuat. Sementara bagian belakangnya dipadukan dengan bentuk blangkon yang digunakan oleh Sunan Kalijaga. Yakni belakangnya berbentuk model blangkon Jawa kuno atau blangkon Demak yang punya mondolan atau tonjolan di bagian belakang.
Writer: Laoh Mahfud
Editor: Dwi Lindawati